Sunday, July 28, 2024

ORANG TUA vs ANAK

Sering kali kita mendengar ungkapan, "Anak adalah peniru yang ulung, bukan pendengar yang baik." Ungkapan ini memang benar adanya. Peran orang tua sangat besar dalam memberikan contoh yang baik dan benar kepada anak-anak mereka. Sikap, tata krama, dan bahkan masa depan anak sangat dipengaruhi oleh teladan yang diberikan oleh orang tua.

Orang tua memiliki tanggungjawab besar dalam membentuk karakter anak. Banyak orang tua yang menganggap anaknya nakal atau durhaka tanpa menyadari bahwa perilaku tersebut mungkin dipengaruhi oleh kurangnya teladan yang baik dari mereka sendiri. Anak-anak belajar dengan meniru apa yang mereka lihat, bukan hanya mendengarkan apa yang mereka dengar. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menunjukkan sikap yang baik, penuh hormat, dan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana dengan Lingkungan?

Tentu, lingkungan diluar keluarga juga berperan dalam pembentukan karakter anak. Namun, jika orang tua berhasil menanamkan pondasi dasar yang kuat, pengaruh lingkungan luar tidak akan mudah mengubah karakter dasar anak. Anak yang dibekali dengan nilai-nilai kuat dari rumah akan lebih mampu menghadapi tekanan atau pengaruh negatif dari lingkungan luar.

Setiap anak adalah individu yang unik, dan pendekatan pengasuhan yang efektif untuk satu anak mungkin tidak berlaku untuk anak lainnya. Banyak orang tua sering kali membandingkan anak mereka dengan anak tetangga atau saudara kandung, yang dapat menyebabkan frustrasi dan rasa rendah diri pada anak. Penting bagi orang tua untuk mengenali keunikan setiap anak dan menyesuaikan pendekatan pengasuhan sesuai dengan kebutuhan individu mereka.

Menjadi orang tua adalah tanggung jawab yang besar. Karakter dan masa depan anak sebagian besar dibentuk oleh pondasi awal yang diberikan oleh orang tua. Orang tua juga perlu terus belajar dan beradaptasi untuk menemukan cara terbaik dalam mendidik anak-anak mereka.

Banyak orang tua beranggapan bahwa memberikan uang atau materi kepada anak adalah cara menunjukkan kasih sayang. Namun, yang sebenarnya dibutuhkan anak adalah rasa dihargai, waktu spesial, dan perhatian. Menghabiskan waktu berkualitas bersama anak, mendengarkan mereka, dan memberikan dukungan emosional adalah hal-hal yang sangat berharga dalam membentuk pondasi karakter anak. Dan tentu juga perlu dimasukan variable-variable yang lain sesuai dengan kondisi keluarga.

Salah satu kesalahpahaman umum di kalangan orang tua adalah bahwa orang yang lebih muda harus selalu meminta maaf dan mengalah. Orang tua perlu memberikan contoh bagaimana cara meminta maaf dan bersikap bijak, terlepas dari usia. Tindakan ini tidak hanya mengajarkan anak tentang pentingnya tanggung jawab dan kerendahan hati, tetapi juga menunjukkan bahwa semua orang, termasuk orang dewasa, dapat membuat kesalahan dan harus berani mengakuinya.

Pertanyaan untuk Orang Tua

Pernahkah Anda, sebagai orang tua, meminta maaf kepada anak Anda atau orang yang lebih muda? Terlepas dari benar atau salahnya situasi, pernahkah Anda memberikan contoh ini? pernahkan kalian menyadari dan merenungkan sudahkah melakukan yang terbaik untuk anak kalian? Sikap meminta maaf dan bersikap bijak adalah pelajaran penting yang dapat membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang bertanggungjawab dan bijaksana. 

Yogyakarta, 28 Juli 2024
25HT

Tuesday, July 23, 2024

PULANG

 Langit senja berubah warna, jingga ke ungu pekat. Di tengah kegelapan yang semakin merangkak, suaramu menjadi semakin samar. Burung-burung hitam kecil yang biasanya terbang dengan percaya diri kini kebingungan mencari jalan pulang. Aku berdiri di pinggir jalan setapak, memperhatikan kepergianmu yang perlahan lenyap bersama cahaya senja.

Saat burung-burung itu semakin gelisah, aku mendengar suaramu kembali, meski lebih lemah dari sebelumnya. “Aku lupa katanya. Lalu dia bertanya kepadaku, kemana arah jalan pulang?”

Pertanyaan itu membuatku terdiam sejenak. Bagaimana bisa aku yang baru saja tiba di tempat ini tahu jawabannya? “Aku orang baru di sini,” jawabku akhirnya, “bagaimana mungkin aku menunjukkan arah kepadamu?”

Tiba-tiba, suara lain muncul dari balik kegelapan, tenang dan tegas. “Mudah saja, di mana tempat yang gelap duluan, itulah rumahmu.”

Aku tertegun. Bagaimana mungkin gelap menjadi petunjuk jalan pulang? Bukankah rumah seharusnya menjadi tempat cahaya menerangi? Pikiranku terombang-ambing antara logika dan misteri yang baru saja kuhadapi. Akhirnya, aku mengumpulkan keberanian untuk menjawab, “Eh bentar, bukankah rumah itu adalah cahaya yang menerangi?”

Suara itu kembali, kali ini dengan nada yang lebih tenang, seakan menjelaskan kebenaran yang sederhana namun mendalam. “Itu kata siapa?”

Dalam keheningan yang mengikutinya, aku merenungkan kata-katanya. Mungkin selama ini aku salah mengartikan arti rumah. Bukan cahaya yang menerangi atau tempat yang gelap, melainkan perasaan yang membuat kita merasa pulang. Entah di mana atau bagaimana tempat itu, yang terpenting adalah rasa hangat yang menyertainya.

Aku memandang burung-burung kecil yang masih berputar-putar mencari arah. Kini aku tahu, seperti halnya mereka, aku pun akan menemukan jalanku sendiri, terlepas dari gelap atau terang. Karena rumah sejatinya adalah tempat di mana hati merasa tenang.

Top Post

PROPOSAL USAHA

A.     PROPOSAL USAHA Proposal usaha merupakan media untuk menjelaskan profil usaha yang akan dikembangkan oleh seorang wirausaha. Propos...

Sering Dicari