Tuesday, June 9, 2020

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI NEO KEYNES & PASCA KEYNES

Ilmu ekonomi yang terus mengalami pembaharuan dan terus dikembangkan oleh para ahli ekonomi di seluruh dunia sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi pada masa tersebut. Sehingga sampai saat ini banyak sekali bermunculan ilmu-ilmu ekonomi yang dipakai guna mengatasi permasalah-permasalah yang terjadi pada dunia ekonomi. Mulai dari teori ekonomi klasik yang terus diperbaharui karena memiliki banyak kelemahan sehingga tidak dapat mengatasi masalah ekonomi yang terjadi, kemudian muncullah teori ekonomi baru yang memperbaiki teori ekonomi sebelumnya.

Teori ekonomi Keynes yang dituangkan dalam bukunya The General Theory yang muncul untuk memperbaiki teori sebelumnya ternyata masih banyak mengalami perkembangan dan pembaharuan oleh para penerusnya. Para penerus Keynes yang lebih dikenal dengan sebutan neo Keynes dan Pasca Keynes (Keynesian). Para ahli ekonomi yang tegolong dalam neo Keynes yang lebih banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas perekonomian dengan menerangkan dan mengantisipasi fluktuasi ekonomi (bussines cycles) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan. Pandangan mereka disebut Keynesian karena teori-teori mereka diturunkan dari teori determinasi pendapat Keynes. Disebut “neo” karena teori-teori Keynes tersebut sudah banyak diperbaharui berdasarkan penelitian-penelitian empiris yang lebih baru.

Sementara golongan paska Keynes merupakan sekumpulan ahli ekonomi dengan berbagai pandangan tentang ekonomi makro modern yang pemikiran-pemikiran ekonomi mereka berakar dari pemikiran Keynes, akan tetapi sudah berkembang lebih jauh. Teori-teori yang terus dikembangkan oleh para pakar ekonomi dunia ini akan terus mengalami perkembangan sehingga akan muncul teori ekonomi yang baru yang akan menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang dihadapi pada masanya masing-masing

A.  Sejarah Perkembangan Neo Keynes dan Pasca Keynes

Setelah dirilisnya buku The General Theory oleh Keynes pada tahun 1936, pandangan-pandangan Keynes yang ada terus diperbaharui dan dikembangkan oleh para penerus-penerus Keynes, mereka digolongkan dalam Neo Keynes dan pasca Keynes (post Keynes).  Para penerus ajaran Keynes yang termasuk golongan neo Keynesian banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas perekonomian dengan menerangkan dan mengantisipasi fluktuasi ekonomi (bussines cycles) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan. Pandangan mereka disebut Keynesian karena teori-teori mereka diturunkan dari teori determinasi pendapat Keynes. Disebut “neo” karena teori-teori Keynes tersebut sudah banyak diperbaharui berdasarkan penelitian-penelitian empiris yang lebih baru.

Kelompok kedua yang disebut pasca Keynesian yang merupakan sekumpulan ahli ekonomi dengan berbagai pandangan tentang ekonomi makro modern yang pemikiran-pemikiran ekonomi mereka berakar dari pemikiran Keynes, akan tetapi sudah berkembang lebih jauh. Pokok dari teori post Keynesian dapat dilihat dari beberapa sisi dan pandangan.  Dari sisi produksi, teori post keynesian juga sangat berbeda dengan neo klasik yang kurang mengutamakan peran perusahaan dalam penentuan tingkat harga. Dalam pandangannya, harga tidak diserahkan kepada pasar, melainkan ditentukan oleh perusahaan itu sendiri, baik oleh biaya produksi, maupun secara administrasi dan strategi perusahaan. Oleh karena itu, harga bersifat tidak fleksibel.

Keynes membangun teorinya dalam rangka kritik terhadap ekonomi mikro dan keterbatasan ilmu ekonomi. Dalam kritikannya itu, dia membangun ekonomi makro untuk bisa melihat jelas keterbatasan ilmu ekonomi. Secara makro, peran negara atau politik sangat penting menurutnya karena ekonomi tidak bekerja secara otomatis, melainkan ada kontrak dalam setiap transaksi. Teori Post Keynesian setuju dengan pandangan Keynes tersebut dengan mengkritik keterbatasan Keynes, tetapi tetap menganggap pentingnya peran politik.

Berbagai konsep Post Keynesian sebagaimana dijelaskan di atas berimplikasi terhadap politik, baik itu pada level mikro, maupun makro. Pertama, teori konsumsi Post Keynesian menganggap bahwa setiap manusia berhak untuk mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya terlebih dahulu, terutama atas barang-barang primer. Teori ini juga mengasumsikan adanya subordinasi barang atau adanya hirarki. Implikasi politiknya adalah setiap barang tidak sama atau tidak identik. Sama dengan presuposisi yang pertama, pemenuhan kebutuhan atas barang-barang yang lebih utama dalam hirarki harus didahulukan. Negara harus melakukan kontrol untuk dapat mengatur tingkat konsumsi dari mulai barang yang lebih primer kepada yang sekunder, misalnya saja kebutuhan akan tempat tinggal.

Sementara itu, teori produksi Post Keynesian melihat harga ditentukan oleh perusahaan, bukan oleh pasar. Untuk bisa menentukan tingkat harga, perusahaan yang satu tidak bisa dipisahkan dengan perusahaan yang lain sehingga bersifat oligopolistik. Dalam sistem ini, perusahaan saling memantau perusahaan yang lain, mulai dari segi strategi, keuangan, industri, target pasar sampai dengan legitimasi dari pemerintah. Semakin besar perusahaan, semakin bisa menentukan tingkat harga. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan berusaha mendapatkan kekuasaan, yaitu dengan jalan memperbesar usahanya atau dengan ekspansi. Dalam pandangan post keynesian, tujuan utama perusahaan tidak semata-mata profit, tetapi lebih kepada pengembangan perusahaan secara terus-menerus dan kontinyu.

Kedua, teori ekonomi makro Post Keynesian mengatakan bahwa uang integral dengan produksi sehingga uang bersifat tidak netral. Uang bukan hanya stok persediaan tetapi mengalir dalam sistem produksi. Setiap transaksi tidak hanya terdiri dari penjual dan pembeli, tetapi juga bank. Ini berarti setiap transaksi tidak hanya pertukaran ekonomi, tetapi lebih dari itu ada semacam kontrak dalam rangka produksi barang-barang perusahaan demi mendapatkan uang kembali. Oleh karenanya, Post Keynesian tidak setuju dengan politik moneter restriktif karena akan berakibat negatir dalam jangka pendek, maupun panjang.

B.  Tokoh-Tokoh Keynesian

Banyak sekali tokoh-tokoh yang mendukung ajaran Keynes, baik dari neo Keynes maupun pasca Keynesian. Beberapa tokoh-tokoh neo Keynes diantaranya:

1.    Alvin Harvey Hansen (1887-1975)

Alvin Hansen adalah pakar ekonomi lulusan dan Guru Besar Universitas Harvard. Hansen berhasil menunjukkan dengan jelas segi-segi pokok pada pemikirannya dalam remifikasinya terhadap kebijaksanaan Negara baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam buku karyanya yang pertama (Fiscal Policy and Business Cycles) dan yang kedua ( Business Cycle and National Income), menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi, faktor penyebabnya dan bagaimana cara mengatisipasi faktor ekonomi tersebut. Fluktuasi ekonomi terjadi karena adanya gerak naik turun dalam faktor-faktor yang menjadi determinan pendapatan nasional. Permasalah mengenai pendapatan nasional, investasi dan kesempatan kerja dikaitkan dengan gerak gelombang konjungtur atau fluktuasi ekonomi. Dalam hubungan ini pengelolaan permintaan agregatif dapat dilihat dari pencerminan dari manifetasi dari kebijaksanaan fiscal yang kontra siklus atau anti siklus.

Dalam bukunya yang ketiga (A Guide to Keynes), Hansen menyusun pemikiran-pemikiran Keynes dalam suatu kerangka analisis yang sistematis daripada buku The General Theory.

Sejak saat itu hubungan timbal balik antara analisis ekonomi dan kebijaksanaan menjadi salah satu pangkal haluan yang penting dalam pemantauan dan penilaian tentang relevasinya pemikiran ekonomi. Hal tersebut menyangkut masalah pengelolaan permintaan agregatif melalui kebijaksanaan maupun mengenai segi-segi permasalahan yang bersifat lebih structural dalam kebijaksaan pembangunan.

2.    Simon Kuznets (1901-1985)

Sebenarnya simon Kuznets seorang ahli statistic yang banyak berkecimpung dengan pengumpulan dan analisis data termasuk didalamnya data ekonomi. Kuznets berhasil menggabungkan ilmu statistik dan ilmu matematika dengan ilmu ekonomi menjadi satu kesatuan yang padu (ekonometri). Dengan panduan simon Kuznets kegiatan yang berkaitan dengan data-data statistic dikembangkan dan ditingkatkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri yang ditopang oleh suatu kerangka analisis berdasarkan teknik dan metode matematika yang canggih. Kuznets memantau kegiatan ekonomi dalam masyarakat dengan berpangkal pada suatu kerangka perhitungan nasional dengan penjabaran dan perincian tentang unsur-unsur komponen dalam pendapatan nasional.

Dalam karyanya (National Income and Its Composition) Kuznets menyumbangkan pemikirannya tentang hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan pendapatan nasional. Berkat karya Kuznets ini, sekarang dapat diberikan wujud secara nyata kuantitatif-empiris terhadap pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori Keynes, seperti : hubungan antara pendapatan-konsumsi – tabungan – investasi dalam ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Dalam studi fluktuasi ekonominya, Kuznets menemukan siklus menengah dari pertumbuhan dan penurunan yang bertahan sekitar 20 tahun, siklus ini kemudian dinamakan siklus Kuznets. Dalam siklus ini Kuznets mempelajari struktur ekonomi yang diakibatkan oleh pertumbuhan dan perekonomian. Dari sini ia mempelajari bagaimana siklus bisnis mempengaruhi tingkat tabungan dan konsumsi, produktifitas, distribusi pendapatan dan faktor-faktor lain. Kuznets juga menguji dampak dari pertumbuhan ekonomi terhadap distribusi pendapatan dan mempelopori pengukuran distribusi pendapatan.

3.    John R Hicks

Salah satu jasa hicks yang paling besar adalah kemampuannya dalam merangkai teori-teori ekonomi mikro kedalam kerangka teori makro Keynes melalui pendekatan matematis. Melalui tulisannya “Mr Keynes and The Clasic” A suggested Interpretation, Hicks membandingkan ajaran kaum Keynes dan kaum klasik secara sangat cemerlang, dalam karya ini ia tidak hanya mampu mengungkap kekuatan dan kelemahan sitem Keynesian, tetapi juga memberikan kemungkinan kepada kita untuk mempelajari teori-teori pra Keynes secara lebih akurat.

Pembahasan Hicks tentang keseimbangan umum berpijak pada teori-teori ekonomi mikro dengan memperhatikan serangkaian unsur dinamika dan juga dalam hubungannya dalam ekonomi moneter. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung Hicks telah mengaitkan teori-teori ekonomi mikro dengan ekonomi makro yang dikembangkan oleh Keynes. John R Hicks bersama-sama dengan Alvin Harvey Hansen memperkenalkan analisis IS-LM yang sangat bermanfaat dalam menjelaskan hubungan antar berbagai variable dalam perekonomian.

4.      Wassily Leontief (1906-1999)

Leontief yang sangat berjasa dalam mengembangkan sebuah teori yang kemudian berguna dalam melakukan berbagai analisis ekonomi. Sejalan dengan karya Kuznets, akan tetapi dengan cara pandang yang berbeda Leontief menyusun dan membina suatu kerangka analisis yang disebut sebagai analisis input-output. Kemudian dalam perkembangannya, pola dan arah pemikiran Leontief beserta penelitian empiris-statistiknya juga menuju pada kelengkapan dan perpaduan dengan kerangka dasar analisis Keyned-Hansen-Samuelson. Sistem Leontief yang mencakup tabel-tabel mengenai input (sarana produksi) dan output (hasil produksi) kelihatannya menunjukkan corak yang sangat rumit. Sebab satu sama lain mencakup secara luas –komprehensif serangkaian kegiatan antar sektor dalam tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.

Dalam penyusunan serangkaian tabel oleh Leontief ditunjukkan kegiatan suatu sektor atau industry., termasuk ssejumlah subsector di dalamnya. Kemudian ditelusuri dan dipantau tentang lalu-lintas arus dari hasil produksi suatu sektor yang diteruskan (dijual) kepada tiap-tiap sektor lainnya dalam ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Dengan kata lain, disusun matriks yang menggambarkan arus barang-barang yang dihasilkan oleh setiap sektor dan diteruskan (dijual) kepada sektor-sektor lainnya, dan hasil penjualan itu menjadi penerimaan bagi sektor yang semula. Dari sisi lain dan sebagai gambar balik dapat juga dipantau serangkaian pengeluaran yang dilakukan oleh masing-masing sektor. Dengan begitu diperoleh gambaran yang jelas mengenai arus pendapatan dan  arus pengeluran yang menyangkut masing-masing sektor dan saling berkaitan satu sama lain.

Dari matriks tersebut dapat diamati perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya pada tingkat harga, suku bunga, beban pajak, dan sebagainya dan dampak pengaruh perubahan-perubahan itu terdapat permintaan agregatif. Hal ini tercermin dari gerak kegiatan masing-masing sektor dan dalam kerangka hubungan antar sektor.

Analisis Leontief juga berguna untuk mendapatkan gambaran mengenai pola penggunaan macam-macam sumber daya produksi di berbagai sektor. Dengan demikian dapatlah dikembangkan suatu model mengenai alokasi yang optimal berkenaan dengan berbagai macam sumber daya produksi. Hal ini dapat diterapkan dibidang kegiatan ekonomi mikro maupun dalam masalah-masalah ekonomi makro.    

5.      Paul A. Samulson

Paul Samuelson adalah seorang pakar ekonomi yang dianggap sebagai pembina kodifikasi tentang sistem pemikiran Keynes. Selain itu, Samuelson terus mengembangkannya dan melengkapinya dengan beberapa alat pemikiran yang baru. Di bawah pengaruh Samuelson kerangka dasar pemikiran dalam sistem Keynes disempurnakan sampai pada tingkat yang lebih maju dan dalam lingkup yang lebih luas. Samuelson juga berjasa mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional. Samuelson telah memperjelas hubungan yang kait-mengkait antara kebijakan fiskal (pengelolaan permintaan efektif untuk menjaga kestabilan pada pendapatan dan kesempatan kerja ) keseimbangan dalam lalu lintas pembayaran internasional. Dalam hubungan ini ditonjolkan peranan foreign trade multiplier (dampak multiplier yang berasal dari perdagangan internasional) dan berbagai kemungkinan penyimpangandari kestabilan/keseimbangan internasional. Disini kita melihat adanya integrasi mengenai segi ekulibrium internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro. Atas jasanya banyak negara yang lebih terdorong untuk lebih membuka pasarnya terhadap perekonomian internasional. Memperlihatkan bagaimana hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini saling memperkuat antara faktor pengganda (multiplier) dengan accelerator dapat dijelaskan secara sederhana. Permintaan efektif masyarakat dipengaruhi oleh autonomous investment (investasi yang besarnya ditentukan oleh perekonomian itu sendiri). Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi berlipat ganda karena adanya multiplier, besarnya angka pengganda atau multiplier ini sangat ditentukan oleh kecenderungan mengonsumsi (propensity to consume) masyarakat. Makin besar kecenderungan mengkonsumsi, makin besar angka pengganda, makin besar pula dampak investasi terhadap  perekonomian. Dampak investasi terhadap perek. menjadi jauh lebih besar karena adanya ak-selerator. Prinsip akselerator secara sederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam jumlah investasi. Perubahan dalam investasi menyebabkan bertambahnya pendapatan nasional melalui proses akselerasi, yang bersifat kumulatif. Interaksi antara multiplier & akselerator berdampak terhadap pendapatan nasional menjadi semakin berlipat ganda. 

C.  Tokoh-tokoh Post Keynesian

1.    Joan Violet Robinson

Robinson terlahir dengan nama Joan Maurice di Surrey, inggris 1903. Pada Tahun 1930 Robinson menjadi aktivis di Cambridge Circus sebuah kelompok kecil para ahli ekonomi yang membantu Keynes.

Pada awalnya Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah pikirannya setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari Cambridge School’ Robinson kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori umum Keynes, dalam tulisan pertamanya pada tahun 1936 sampai tahun 1937 ia menulis tentang keterlibatan-keterlibatan tenaga kerja yang mencoba menjelaskan dinamika ketenagakerjaan ditengah-tengah depresi besar pada tahun tersebut.

Pokok-pokok Pikiran (teori) Joan Robinson

a.      Teori Persaingan Tidak Sempurna

Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1933.

Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna, yaitu penetapan pajak secara sepihak, sumbangan lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga kerja. Robinson dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus dibayar sesuai dengan produktivitas marjinalnya.

Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat terjadi pada beberapa titik, yaitu pada saat ATC menurun, minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim terjadi adalah pada saat ATC menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi produk, under capacity, iklan dan kelembagaan.

Dalam menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan konsep pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian perusahaan yang diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual satu barang lagi. Bagi perusahaan kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu merupakan harga yang sama, karena perusahaan dapat selalu menjual barangnya lebih banyak tanpa harus mengobral atau menurunkan harga. Tapi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna akan mengalami kurva pendapatan marjinal yang lerengnya menurun. Untuk dapat menjual lebih banyak, mereka harus mengobral barang. Jika ini terjadi, beberapa konsumen akan membayar barang dibawah harga. Perusahaan akan kehilangan pengembalian ini. Dengan mempertimbangkan baik itu harga yang rendah dan penjualan yang tinggi, perusahaan mungkin akan memotong harga untuk menjual lebih banyak namun tidak mendapat pengembalian (yaitu pendapatan marjinal dari penjualan akan nol atau negatif). Sebaliknya perusahaan akan mendapat pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan harga,dan mengurangi produksi dan penujualan.

Dengan menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa persaingan tidak sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Karena persaingan tidak sempurna dapat menjelaskan tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di Inggris (sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat menjelaskannya) pada tahun 1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.

Dalam karyanya, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan dengan diferensiasi produk. Gagasan Robinson dipaparkan dengan banyak menggunakan teknik geometrik. Berdasarkan teknik tersebut ditarik berbagai kesimpulan mengenai realitas dalam dunia ekonomi riil, diantaranya kesimpulan-kesimpulan sekitar masalah ekonomi kesejahteraan (welfare economics). Dalam penelitiannya Joan Robinson menyisipkan normatif dengan sadar atau tidak. Misalnya, dalam pandangannya terhadap masalah monopsoni dipasar, hal itu juga disoroti dari segi moral. Dalam hubungan ini, oleh Joan Robinson ditekankan tidak adanya efisiensi dalam kondisi persaingan yang tidak sempurna. Lagi pula dalam keadaan serupa itu terjadi pemerasan terhadap tenaga kerja. Sebab, akan timbul perbedaan antara tingkat upah disatu pihak (yang secara riil diterima oleh tenaga kerja) dan nilai produk marjinal dari tenaga kerja itu dipihak lain. Dalam pandangan Joan Robinson, di kala ada monopoli di pasar barang ataupun monopsoni di pasar tenaga kerja, maka hal itu satu sama lain akan membawa pemerasan (exploitation).

Dalam pasar persaingan tidak sempurna juga Robinson memperkenalkan analisisnya tentang diskriminasi harga. Para ahli ekonomi telah mengetahui bahwa perusahaan monopoli besar menetapkan harga yang berbeda untuk orang yang berbeda, tetapi Robinson orang pertama yang menjelsakan prinsip cara kerja dan konsekuensinya. Robinson menunjukan bahwa diskriminasi harga hanya ada dalam monopoli atau persaingan tidak sempurna. Melalui diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan monopili dapat menaikan pendapatan dan laba mereka.

Dalam pemberlakuan diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan perlu membagi pasar untuk produknya menjadi dua bagian, yaitu konsumen yang ingin dan dapat membayar dengan harga tinggi dan konsumen yang sensitif terhadap harga. Kemudian perusahaan perlu mencari cara untuk menetapkan harga yang lebih tinggi pada kelompok pertama. Salah satu cara adalah dengan menetapkan harga berbeda waktu yang berbeda dalam satu hari. Karena itu, perusahaan telepon, misalnya, akan memberikan harga yang lebih rendah pada malam hari dan akhir minggu. Pelanggan bisnis, yang umunya tidak sensistif terhadap harga, akan membayar pada harga yang tinggi dan individu akan membayar pada tingkat pengurangan biaya pulsa telepon terendah. Kupon diskon juga membantu dalam pembagian pasar dan memungkinkan adanya diskriminasi harga. Mereka yang peduli pada harga akan mengambil kupon dan membeli barang dengan harga yang lebih rendah; jadi mereka tidak akan membayar penuh. Demikian juga, praktik penetapan harga dengan tawar-menawar seperti pada dealer mobil akan mengakibatkan diskriminasi harga. Disini para penawar, karena tidak ingin membeli dengan harga tinggi, dapat membeli mobil dengan harga yang lebih murah dari pada mereka yang tidak mau menawar.

b.      Teori Produktivitas Distribusi Marjinal

Berawal dari permasalahan terhadap analisis permintaan dan penawaran, menurut Robinson, berhubungan dengan modal. Robinson memicu perdebatan yang kemudian dikenal dengan nama “Kontroversi Cambridge” (Cambridge Controversy), dengan krtikinya atas teori distribusi dari kaum marjinalis. Menurut teori ini tingkat laba ditentukan oleh produktivitas marjinal dari modal. Persoalan yang diangkat Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari produk marjinalnya.

Pembentukan kurva permintaan teori produktivitas Distribusi marjinal ini perlu menghubungkan tingkat keuntungan dengan kuantitas modal.

Cara tradisional dalam menghitung barang modal adalah menghitung nilainya, atau kemungkinan kemampuan laba di masa depan. Cara ini dianggap paraktis atau bisa menjelaskan persoalan, tetapi cara ini tiak memuaskan sebagai bagian dari teori yang menjelaskan apa yang menetukan tingkat keuntungan. Seperti yang ditunjukkan Robinson, jika teori ekonomi dianggap bisa menjelaskan tingkat keuntungan, teori ini tidak berasumsi mengetahui kemampuan laba modal untuk mengukur jumlah modal. Prosedur ini melingkar, karena itu teori distribusi produktivitas marjinal harus diabaikan.

Kritik Robinson atas teori ekonomi mikro juga mendukung pendekatan makro ekonomi dari Keynes. Jika kita menolak produktivitas marjinal sebagai suatu teori distribusi, maka penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja tidak menentukan upah dan lapangan kerja. Kita tidak lagi punya alasan kuat untuk percaya kalau pengangguran akan hilang dengan menunggu turunnya upah. Demikian juga, jika gagasan keseimbangan tidak berguna bagi studi ekonomi riil maka tidak ada alasan berasumsi bahwa pasar tenaga kerja akan jelas pada keseimbangan lapangan kerja penuh.

c.       Teori Perdagangan Internasioal

Robinson juga tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyatakan bahwa perubahan nilai tukar atau aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang terjadi. Negara dengan surplus perdagangan akan mendapatkan pemasukan uang atau penguatan nilai mata uang. Hal ini akan membuat harga barang mereka menjadi mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi ekspor. Negara yang defisit akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka akan lebih murah di negara lain dan banyak mengekspor barang; menurut teori ekonomi standar, perubahan harga akan membawa perdagangan pada keseimbangan.

Berlawanan dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu mekanisme penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan pendapatan ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami defisit perdagangan gagal menjual barang yang cukup keseluruh dunia. Konsekuensinya produksi turun dan pengangguran meningkat. Akibatnya penduduk Negara ini mengurangi pembelian barang dan jasa dari Negara lain sehingga defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan. Tapi hal ini berdampak pada Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang yang mereka produksi. Surplus perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat pengangguran mereka juga meningkat.

Robinson selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah sepanjang waktu. Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu cara terbaik bagi Negara-negara untuk membagi tugas memproduksi barang yang berbeda. Robinson melihat perdagangan luar negeri sebagai bagian strategi pertumbuhan nasional.

Surplus perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industri manufaktur, maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat keuntungan domestik yang akan memperbesar investasi dan perkembangan teknologi. Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja domestik dan memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat memicu perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari surplus perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.

2.    Hyman Minsky

Teori Minsky mengenai “financial instability” menjadi sangat bermakna penting. Untuk menjelaskan teorinya, Minsky memiliki sebuah framework untuk memahami financial bubble di mana ia membagi proses terjadinya bubble menjadi 5 tahapan. Minsky berpendapat bahwa pada masa ekspansi ekonomi, ketika perusahaan tidak mengalami kesulitan berarti untuk membayar utang-utangnya, akan menjadi pemicu berbagai macam aksi spekulatif yang pada akhirnya membuat utang kembali membengkak dan menimbulkan krisis keuangan. Intinya, Minsky berpendapat bahwa masa-masa stabil akan memicu para investor untuk lebih berani mengambil risiko yang lebih tinggi. Akibatnya, mereka akan cenderung mengambil utang secara berlebihan dan membayar aset-aset investasi dengan harga yang terlalu tinggi.

Minsky mengemukakan teorinya tersebut pada tahun 1960-an di mana pada saat itu hubungan antara pasar keuangan dengan ekonomi belum terlalu dipahami. Oleh karenanya, teori Minsky ini bisa dibilang sangat radikal sehingga tidak mendapatkan perhatian yang berarti dari publik. Pandangan Minsky bertolak belakang dengan pandangan ekonomi umum bahwa ekonomi kapitalis bersifat stabil dan cenderung menuju pertumbuhan yang stabil. Teori Minsky menjadi sangat relevan ketika krisis perumahan tahun 2008 yang dipicu oleh rendahnya suku bunga pinjaman sehingga melesatkan harga properti di AS.

Tahapan Financial Bubble

Menurut Minsky, secara umum bubble dapat dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu:

Tahap 1 – Displacement

Setiap bubble memiliki pemicu, misalnya adalah penemuan teknologi baru ataupun perubahan kebijakan ekonomi. Pemicu tersebut menyebabkan perubahan di salah satu sektor ekonomi. Pada tahap ini, belum banyak orang yang menyadari perubahan tersebut. Harga perlahan-lahan mulai naik.

Tahap 2 – Boom

Orang-orang mulai menyadari perubahan yang terjadi. Semakin banyak orang yang berpartisipasi sehingga harga naik semakin tinggi. Pada awalnya, kenaikan harga mungkin masih cukup rasional karena didukung oleh kondisi fundamentalnya. Fenomena yang terjadi mulai mendapatkan sorotan media. Orang-orang mulai takut ketinggalan kereta sehingga jumlah partisipan semakin bertambah banyak. Suku bunga semakin turun sehingga menjadi katalisator.

Tahap 3 – Eforia

Pada fase ini, nilai aset sudah membubung terlalu tinggi. Cerita-cerita mengenai orang yang kaya mendadak dari fenomena ini tersebar ke mana-mana. Teori “greater fool” mulai menjadi kenyataan. Harga aset sudah terlalu tinggi dan tidak mencerminkan kondisi fundamentalnya. Para partisipan hanya bisa mendapatkan keuntungan apabila ada pihak lain yang mau membeli di harga yang lebih tinggi. Jika ada yang mulai meragukan justifikasi dari kenaikan harga, akan muncul argumen “this time is different” untuk mengantisipasi keraguan tersebut. Para analis mulai mencari metode evaluasi yang bisa menjustifikasi harga yang terlalu tinggi.

Tahap 4 – Profit taking oleh insider

Ketika harga sudah menjadi sangat tidak masuk akal, orang-orang yang sudah lama berkecimpung di bisnis tersebut sejak lama dan masih berpikiran jernih mulai melihat adanya alarm bahaya dan menarik investasinya. Jalannya proses bubble mulai tersandung-sandung namun masih dianggap sebagai kerikil-kerikil kecil saja. Pada titik ini, bubble sebenarnya sudah mulai pecah karena dengan tidak ada dukungan dari para “old player”, maka bubble tidak akan bisa berkembang menjadi lebih besar lagi.

Tahap 5 – Panic

Pada tahapan ini, harga aset mulai terjun bebas dan menyapu bersih para partisipan di dalamnya. Contoh ekstrim yang pernah terjadi adalah ketika demam tulip yang terlampau irasional, diakhiri hanya dalam satu malam. Para partisipan mulai panik dan bersedia menjual di harga berapapun. Harga ambrol dan kucuran kredit tiba-tiba mampet. Selanjutnya yang ada tinggallah cerita pilu para investor.

D.  Ulasan Tentang Sistem Pemikiran Keynes Dan Keterbatasannya

Keterbatasan dan kelemahan yang dimaksud bukan terletak pada konsistensi logika dalam kerangka teorinya dan juga tidak pada relevansinya bagi kebijaksanaan yang seyogianya dilakukan berdasarkan hasil pemikirannya.

Sebenarnya kerangka analisis dalam sistem Keynes sudah mencakup garis pendekatan untuk keadaan dimana kegiatan ekonomi meningkat dengan kesempatan kerja secara penuh dan adanya inflator.

Kerangka landasan pemikiran Keynes dimaksud untuk menyediakan dasar rasional bagi kebijaksanaan untuk menanggulangi permasalahan depresi dan pengangguran maupun dikala kegiatan ekonomi sedang  berjalan pesat pada tingkat yang tinggi dan ditandai oleh inflasi. Dengan kata lain sistem pemikiran Keynes dianggapnya cukup memadai untuk digunakan sebagai dasar kebijaksanaan dalam keadaan underemployment maupun keadaan  fullemployment.

Dalam kenyataannya, pemikiran Keynes beserta golongan neo Keynes seakan-akan terlalu terpusat pada masalah-masalah jangka pendek dan dalam assosiasi (kaitan pemikiran) perimbangan-perimbangan keadaan depresi. Bagaimanapun, dalam perkembangan ekonomi sebagaimana berlangsung ditahun 70-an, dalam suatu kerangka kebijaksanaan yang berpola kontra siklis perihal pengolaan permintaan agregatif, seharusnya terhadap pengeluaran pemerintah diadakan pembatasan dan pengurangan disertai oleh upaya peningkatan penerimaan pemerintah (menaikan pajak) dll.

Jika langkah tindakan dianggap sudah cukup memadai dalam dampaknya, maka untuk menjaga agar kegiatan ekonomi tidak menjadi macet dan tetap berkembang dalam suasana stabil, kebijaksanaan fiscal yang ketat dapat disertai oleh kebijkasanaan moneter yang agak longgar (melalui tingkat bunga yang rendah dan/atau pasok jumlah uang yang ditambah). Akan tetapi pengendalian kebijaksanaan bercampur itu, fiscal dan moneter sangat tergantung dari tahap keadaan tertentu yang khas dihadapi.

Kekurangan yang melekat pada sistem pemikiran Keynes terletak pada logical and desirable, but not feasible because not acceptable (politically). Kebijaksanaan keuangan Negara yang berpola kontra siklis dalam pengelolaan permintaan agregatif tidak bisa dijalankan pada tahap waktu yang tepat. Sebabnya ialah karena adanya tantangan dan rintangan yang bersifat institutional dan structural yang berkaitan dengan tata susunan masyarakat sebagai keseluruhan. Serangkaian faktor itu yang bersangkut paut dengan segi masyarakat politik nampaknya tidak diperhitungkan oleh golongan Keynes dan neo Keynes perihal penerapan sistem pemikirannya dibidang kebijaksanaan operasional.

E.  Teori Business Cycles

Dijaman klasik masalah gelombang perusahaan telah dibicarakan oleh Ricardo, dan Stuart Mill, tetapi pembahasannya hanya dilakukan secara selintas saja. Kita mengetahui bahwa seandainya permintaan dan penawaran selalu seimbang, maka fluktuasi ekonomi tidak akan pernah terjadi. Kalaupun terjadi pasti akan segera mereda. Dalam perekonomian yang seimbang gerak naik turun pendapatan nasioanal tidak akan terjadi, dan dengan demikian teori tentang fluktuasi ekonomi jelas tidak begitu diperlukan. Para pakar yang agak anti pada dengan pandangan klasik seperti Sismondi, Karl Marx dan Veblen. Kontribusi marx yang paling penting bagi pemahaman kita tentang siklus ekonomi adalah pernyataannya tentang dua prinsip. Pertama, fluktuasi ekonomi melekat dalam sistem kapitalis, sebab fluktuasi terjadi kerena kekuatan-kekuatan yang terdapat dalam sistem ekonomi. Kedua, penyebab utama siklus ekonomi ditemukan dalam keuatan-kekuatan yang menentukan pengeluaran investasi.

Teori fluktuasi ekonomi mendapatkan perhatian yang lebih serius pada era sesudah Keynes. Para pakar ekonomi sesudah Keynes membahas teori fluktuasi secara lebih  mendalam, dengan alasan mereka memerlukan teori-teori yang mampu menjelaskan hal-hal apa yang dapat menyebabkan perkonomian menjauh dari posisi keseimbangan, sehingga tidak stabil. Dengan menggunakan peralatan yang jauh lebih canggih mereka kemudian mampu menjelaskan mengapa perekonomian bisa naik turun, dan yang lebih penting lagi ialah: tindakan dan kebijaksanaan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah gerak perekonomian yang naik turun tersebut menjadi stabil.

F.   TEORI PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN

Bagi Schumpeter, pelaku utama pertumbuhan ekonomi adalah karena adanya entrepreneur. Entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau manajer, melainkan seseorang yg mau menerima resiko & mengintrodusiasi produk-produk & tekhnologi baru dalam masyarakat. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan masyarakat yg menghargai & merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru.

Banyak pakar yang yakin bahwa Negara-negara berkembang bisa maju dengan melalui beberapa tahapan pembangunan sesuai dengan teori-teori perencanaan pembangunan. Teori pembangunan yang paling terkenal dari WW Rostow(1916). Negara-negara berkembang yang ingin maju melalui tahap-tahap pembangunan sbb :.

1. Tahap tradisional statis.

Tahap ini dicirikan oleh keadaan Iptek yangg masih sangat rendah & belum begitu berpengaruh terhadap kehidupan. Perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur sosial-politik juga masih bersifat kaku.

2. Tahap Transisi (pra take-off).

Pada tahap ini Iptek mulai berkembang, produktivitas semakin meningkat & industri semakin berkembang. Tenaga kerja beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum pedagang bermunculan, & struktur sosial-politik semakin membaik.

3. Tahap lepas landas.

Tahap ini dicirikan oleh keadaan suatu hambatan-hambatan sosial politik yang umumnya dapat diatasi, tingkat kebudayaan & Iptek semakin maju, investasi & pertumbuhan tetap tinggi, & mulai terjadi ekspansi perdagangan ke luar negeri.

4. Tahap dewasa (maturing stage).

Dalam tahap ini masyarakat semakin dewasa, dapat menggunakan Iptek sepenuhnya, terjadi perubahan komposisi angkatan kerja, di mana jumlah tenaga kerja yang skilled lebih banyak dari yangg aunskilled, serikat-serikat dagang & gerakan-gerakan buruh semakin maju & berperan, pendapatan perkapita tinggi.

5. Tahap konsumsi massa (mass consumption).

Tahap ini merupakan tahap terakhir. Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan dirasakan aman tentram, laju pertumbuhan penduduk semakin rendah.

 

Ada lima hal yg perlu diperhatikan dari pemikiran-pemikiran pasca-keynesian.

1. Mereka cenderung berpendapat bahwa penyesuaian lebih banyak terjadi lewat penyesuaian kuantitas daripada harga. Penyesuaian harga, kalau terjadi, sering dilihat sebagai disequilibrium.

2. Pendistribusian pendapatan antara laba & upah memainkan peran penting dlm mempengaruhi keputusan investasi.

3. Mereka menganggap bahwa ekspektasi, bersama-sama dgn laba, adalah penentu utama perencanaan investasi.

4. Mereka percaya unsur-unsur kelembagaan kredit & keuangan berintegrasi mempengaruhi siklus ekonomi.

5. Fokus pembahasan teori-teori pasca-keynesian adalah menjawab pertanyaan mengapa perekonomian tidak bekerja dgn mulus seperti asumsi klasik.

Pemikiran-pemikiran ekonomi pasca-keynesian lebih berupa kumpulan ide-ide, tetapi tidak diformulasikan secara sistematis


Sumber:

Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia


Sihono, Teguh. 2008. Diktat Untuk Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi. Yogyakarta


Pressman, Steven. 2002. Lima Puluh Pemikiran Ekonomi Dunia. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada

http://finda-maniez.blogspot.com/2009/06/joan-violet-robinson.html

http://parahita.wordpress.com/2011/03/24/minsky-moment-ketika-irasionalitas-dapat-terprediksi/

http://www.igj.or.id


No comments:

Post a Comment

Top Post

PROPOSAL USAHA

A.     PROPOSAL USAHA Proposal usaha merupakan media untuk menjelaskan profil usaha yang akan dikembangkan oleh seorang wirausaha. Propos...

Sering Dicari