Ilmu ekonomi yang terus mengalami pembaharuan dan terus dikembangkan oleh para ahli ekonomi di seluruh dunia sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi pada masa tersebut. Sehingga sampai saat ini banyak sekali bermunculan ilmu-ilmu ekonomi yang dipakai guna mengatasi permasalah-permasalah yang terjadi pada dunia ekonomi. Mulai dari teori ekonomi klasik yang terus diperbaharui karena memiliki banyak kelemahan sehingga tidak dapat mengatasi masalah ekonomi yang terjadi, kemudian muncullah teori ekonomi baru yang memperbaiki teori ekonomi sebelumnya.
Teori ekonomi Keynes yang dituangkan dalam
bukunya The General Theory yang
muncul untuk memperbaiki teori sebelumnya ternyata masih banyak mengalami
perkembangan dan pembaharuan oleh para penerusnya. Para penerus Keynes yang
lebih dikenal dengan sebutan neo Keynes dan Pasca Keynes (Keynesian). Para ahli
ekonomi yang tegolong dalam neo Keynes yang lebih banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang berhubungan
dengan usaha menjaga stabilitas perekonomian dengan menerangkan dan
mengantisipasi fluktuasi ekonomi (bussines
cycles) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan.
Pandangan mereka disebut Keynesian karena teori-teori mereka diturunkan dari
teori determinasi pendapat Keynes. Disebut “neo” karena teori-teori Keynes
tersebut sudah banyak diperbaharui berdasarkan penelitian-penelitian empiris
yang lebih baru.
Sementara golongan paska
Keynes merupakan sekumpulan ahli ekonomi dengan berbagai pandangan tentang
ekonomi makro modern yang pemikiran-pemikiran ekonomi mereka berakar dari
pemikiran Keynes, akan tetapi sudah berkembang lebih jauh. Teori-teori yang
terus dikembangkan oleh para pakar ekonomi dunia ini akan terus mengalami
perkembangan sehingga akan muncul teori ekonomi yang baru yang akan
menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang dihadapi pada masanya masing-masing
A.
Sejarah Perkembangan Neo Keynes dan Pasca Keynes
Setelah dirilisnya buku The General Theory oleh Keynes pada tahun 1936, pandangan-pandangan
Keynes yang ada terus diperbaharui dan dikembangkan oleh para penerus-penerus Keynes,
mereka digolongkan dalam Neo Keynes dan pasca Keynes (post Keynes). Para penerus ajaran Keynes yang termasuk
golongan neo Keynesian banyak berjasa dalam mengembangkan teori-teori yang
berhubungan dengan usaha menjaga stabilitas perekonomian dengan menerangkan dan
mengantisipasi fluktuasi ekonomi (bussines
cycles) dan teori-teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan pendapatan.
Pandangan mereka disebut Keynesian karena teori-teori mereka diturunkan dari
teori determinasi pendapat Keynes. Disebut “neo” karena teori-teori Keynes
tersebut sudah banyak diperbaharui berdasarkan penelitian-penelitian empiris
yang lebih baru.
Kelompok kedua yang disebut pasca Keynesian
yang merupakan sekumpulan ahli ekonomi dengan berbagai pandangan tentang
ekonomi makro modern yang pemikiran-pemikiran ekonomi mereka berakar dari
pemikiran Keynes, akan tetapi sudah berkembang lebih jauh. Pokok dari teori
post Keynesian dapat dilihat dari beberapa sisi dan pandangan. Dari sisi produksi, teori post keynesian juga
sangat berbeda dengan neo klasik yang kurang mengutamakan peran perusahaan
dalam penentuan tingkat harga. Dalam pandangannya, harga tidak diserahkan
kepada pasar, melainkan ditentukan oleh perusahaan itu sendiri, baik oleh biaya
produksi, maupun secara administrasi dan strategi perusahaan. Oleh karena itu,
harga bersifat tidak fleksibel.
Keynes membangun teorinya dalam rangka
kritik terhadap ekonomi mikro dan keterbatasan ilmu ekonomi. Dalam kritikannya
itu, dia membangun ekonomi makro untuk bisa melihat jelas keterbatasan ilmu
ekonomi. Secara makro, peran negara atau politik sangat penting menurutnya
karena ekonomi tidak bekerja secara otomatis, melainkan ada kontrak dalam
setiap transaksi. Teori Post Keynesian setuju dengan pandangan Keynes tersebut
dengan mengkritik keterbatasan Keynes, tetapi tetap menganggap pentingnya peran
politik.
Berbagai konsep Post Keynesian sebagaimana
dijelaskan di atas berimplikasi terhadap politik, baik itu pada level mikro,
maupun makro. Pertama, teori konsumsi Post Keynesian menganggap bahwa setiap manusia
berhak untuk mendapatkan pemenuhan atas kebutuhannya terlebih dahulu, terutama
atas barang-barang primer. Teori ini juga mengasumsikan adanya subordinasi
barang atau adanya hirarki. Implikasi politiknya adalah setiap barang tidak sama
atau tidak identik. Sama dengan presuposisi yang pertama, pemenuhan kebutuhan
atas barang-barang yang lebih utama dalam hirarki harus didahulukan. Negara
harus melakukan kontrol untuk dapat mengatur tingkat konsumsi dari mulai barang
yang lebih primer kepada yang sekunder, misalnya saja kebutuhan akan tempat
tinggal.
Sementara itu, teori produksi Post Keynesian
melihat harga ditentukan oleh perusahaan, bukan oleh pasar. Untuk bisa
menentukan tingkat harga, perusahaan yang satu tidak bisa dipisahkan dengan
perusahaan yang lain sehingga bersifat oligopolistik. Dalam sistem ini,
perusahaan saling memantau perusahaan yang lain, mulai dari segi strategi,
keuangan, industri, target pasar sampai dengan legitimasi dari pemerintah.
Semakin besar perusahaan, semakin bisa menentukan tingkat harga. Oleh karena
itu, setiap perusahaan akan berusaha mendapatkan kekuasaan, yaitu dengan jalan
memperbesar usahanya atau dengan ekspansi. Dalam pandangan post keynesian,
tujuan utama perusahaan tidak semata-mata profit, tetapi lebih kepada
pengembangan perusahaan secara terus-menerus dan kontinyu.
Kedua, teori ekonomi makro Post Keynesian
mengatakan bahwa uang integral dengan produksi sehingga uang bersifat tidak
netral. Uang bukan hanya stok persediaan tetapi mengalir dalam sistem produksi.
Setiap transaksi tidak hanya terdiri dari penjual dan pembeli, tetapi juga
bank. Ini berarti setiap transaksi tidak hanya pertukaran ekonomi, tetapi lebih
dari itu ada semacam kontrak dalam rangka produksi barang-barang perusahaan
demi mendapatkan uang kembali. Oleh karenanya, Post Keynesian tidak setuju
dengan politik moneter restriktif karena akan berakibat negatir dalam jangka
pendek, maupun panjang.
B.
Tokoh-Tokoh Keynesian
Banyak sekali tokoh-tokoh yang mendukung
ajaran Keynes, baik dari neo Keynes maupun pasca Keynesian. Beberapa
tokoh-tokoh neo Keynes diantaranya:
1.
Alvin Harvey Hansen (1887-1975)
Alvin Hansen adalah pakar ekonomi lulusan
dan Guru Besar Universitas Harvard. Hansen berhasil menunjukkan dengan jelas
segi-segi pokok pada pemikirannya dalam remifikasinya terhadap kebijaksanaan
Negara baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dalam buku karyanya
yang pertama (Fiscal Policy and Business
Cycles) dan yang kedua ( Business
Cycle and National Income), menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi, faktor
penyebabnya dan bagaimana cara mengatisipasi faktor ekonomi tersebut. Fluktuasi
ekonomi terjadi karena adanya gerak naik turun dalam faktor-faktor yang menjadi
determinan pendapatan nasional. Permasalah mengenai pendapatan nasional, investasi
dan kesempatan kerja dikaitkan dengan gerak gelombang konjungtur atau fluktuasi
ekonomi. Dalam hubungan ini pengelolaan permintaan agregatif dapat dilihat dari
pencerminan dari manifetasi dari kebijaksanaan fiscal yang kontra siklus atau
anti siklus.
Dalam bukunya yang ketiga (A Guide to Keynes), Hansen menyusun
pemikiran-pemikiran Keynes dalam suatu kerangka analisis yang sistematis
daripada buku The General Theory.
Sejak saat itu hubungan timbal balik antara
analisis ekonomi dan kebijaksanaan menjadi salah satu pangkal haluan yang
penting dalam pemantauan dan penilaian tentang relevasinya pemikiran ekonomi.
Hal tersebut menyangkut masalah pengelolaan permintaan agregatif melalui
kebijaksanaan maupun mengenai segi-segi permasalahan yang bersifat lebih
structural dalam kebijaksaan pembangunan.
2.
Simon Kuznets (1901-1985)
Sebenarnya simon Kuznets seorang ahli
statistic yang banyak berkecimpung dengan pengumpulan dan analisis data
termasuk didalamnya data ekonomi. Kuznets berhasil menggabungkan ilmu statistik
dan ilmu matematika dengan ilmu ekonomi menjadi satu kesatuan yang padu (ekonometri). Dengan panduan simon
Kuznets kegiatan yang berkaitan dengan data-data statistic dikembangkan dan
ditingkatkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri yang ditopang oleh suatu
kerangka analisis berdasarkan teknik dan metode matematika yang canggih.
Kuznets memantau kegiatan ekonomi dalam masyarakat dengan berpangkal pada suatu
kerangka perhitungan nasional dengan penjabaran dan perincian tentang unsur-unsur
komponen dalam pendapatan nasional.
Dalam karyanya (National Income and Its Composition) Kuznets menyumbangkan
pemikirannya tentang hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan pendapatan
nasional. Berkat karya Kuznets ini, sekarang dapat diberikan wujud secara nyata
kuantitatif-empiris terhadap pengertian-pengertian pokok dalam kerangka teori
Keynes, seperti : hubungan antara pendapatan-konsumsi – tabungan – investasi
dalam ekonomi masyarakat secara menyeluruh.
Dalam studi fluktuasi ekonominya, Kuznets
menemukan siklus menengah dari pertumbuhan dan penurunan yang bertahan sekitar
20 tahun, siklus ini kemudian dinamakan siklus Kuznets. Dalam siklus ini
Kuznets mempelajari struktur ekonomi yang diakibatkan oleh pertumbuhan dan
perekonomian. Dari sini ia mempelajari bagaimana siklus bisnis mempengaruhi
tingkat tabungan dan konsumsi, produktifitas, distribusi pendapatan dan
faktor-faktor lain. Kuznets juga menguji dampak dari pertumbuhan ekonomi
terhadap distribusi pendapatan dan mempelopori pengukuran distribusi pendapatan.
3.
John R Hicks
Salah satu jasa hicks yang paling besar
adalah kemampuannya dalam merangkai teori-teori ekonomi mikro kedalam kerangka
teori makro Keynes melalui pendekatan matematis. Melalui tulisannya “Mr Keynes and The Clasic” A suggested
Interpretation, Hicks membandingkan ajaran kaum Keynes dan kaum klasik
secara sangat cemerlang, dalam karya ini ia tidak hanya mampu mengungkap
kekuatan dan kelemahan sitem Keynesian, tetapi juga memberikan kemungkinan
kepada kita untuk mempelajari teori-teori pra Keynes secara lebih akurat.
Pembahasan Hicks tentang keseimbangan umum
berpijak pada teori-teori ekonomi mikro dengan memperhatikan serangkaian unsur
dinamika dan juga dalam hubungannya dalam ekonomi moneter. Sehingga secara
langsung maupun tidak langsung Hicks telah mengaitkan teori-teori ekonomi mikro
dengan ekonomi makro yang dikembangkan oleh Keynes. John R Hicks bersama-sama
dengan Alvin Harvey Hansen memperkenalkan analisis IS-LM yang sangat bermanfaat
dalam menjelaskan hubungan antar berbagai variable dalam perekonomian.
4.
Wassily Leontief (1906-1999)
Leontief yang sangat berjasa dalam
mengembangkan sebuah teori yang kemudian berguna dalam melakukan berbagai
analisis ekonomi. Sejalan dengan karya Kuznets, akan tetapi dengan cara pandang
yang berbeda Leontief menyusun dan membina suatu kerangka analisis yang disebut
sebagai analisis input-output. Kemudian dalam perkembangannya, pola dan arah
pemikiran Leontief beserta penelitian empiris-statistiknya juga menuju pada
kelengkapan dan perpaduan dengan kerangka dasar analisis
Keyned-Hansen-Samuelson. Sistem Leontief yang mencakup tabel-tabel mengenai
input (sarana produksi) dan output (hasil produksi) kelihatannya menunjukkan
corak yang sangat rumit. Sebab satu sama lain mencakup secara luas
–komprehensif serangkaian kegiatan antar sektor dalam tata susunan ekonomi
masyarakat secara menyeluruh.
Dalam penyusunan serangkaian tabel oleh
Leontief ditunjukkan kegiatan suatu sektor atau industry., termasuk ssejumlah
subsector di dalamnya. Kemudian ditelusuri dan dipantau tentang lalu-lintas
arus dari hasil produksi suatu sektor yang diteruskan (dijual) kepada tiap-tiap
sektor lainnya dalam ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Dengan kata lain,
disusun matriks yang menggambarkan arus barang-barang yang dihasilkan oleh setiap
sektor dan diteruskan (dijual) kepada sektor-sektor lainnya, dan hasil
penjualan itu menjadi penerimaan bagi sektor yang semula. Dari sisi lain dan
sebagai gambar balik dapat juga dipantau serangkaian pengeluaran yang dilakukan
oleh masing-masing sektor. Dengan begitu diperoleh gambaran yang jelas mengenai
arus pendapatan dan arus pengeluran yang
menyangkut masing-masing sektor dan saling berkaitan satu sama lain.
Dari matriks tersebut dapat diamati
perubahan-perubahan yang terjadi, misalnya pada tingkat harga, suku bunga,
beban pajak, dan sebagainya dan dampak pengaruh perubahan-perubahan itu
terdapat permintaan agregatif. Hal ini tercermin dari gerak kegiatan
masing-masing sektor dan dalam kerangka hubungan antar sektor.
Analisis Leontief juga berguna untuk
mendapatkan gambaran mengenai pola penggunaan macam-macam sumber daya produksi
di berbagai sektor. Dengan demikian dapatlah dikembangkan suatu model mengenai
alokasi yang optimal berkenaan dengan berbagai macam sumber daya produksi. Hal
ini dapat diterapkan dibidang kegiatan ekonomi mikro maupun dalam
masalah-masalah ekonomi makro.
5.
Paul A. Samulson
Paul Samuelson adalah seorang pakar ekonomi yang dianggap sebagai pembina kodifikasi tentang sistem pemikiran Keynes. Selain itu, Samuelson terus mengembangkannya dan melengkapinya dengan beberapa alat pemikiran yang baru. Di bawah pengaruh Samuelson kerangka dasar pemikiran dalam sistem Keynes disempurnakan sampai pada tingkat yang lebih maju dan dalam lingkup yang lebih luas. Samuelson juga berjasa mengenai lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional. Samuelson telah memperjelas hubungan yang kait-mengkait antara kebijakan fiskal (pengelolaan permintaan efektif untuk menjaga kestabilan pada pendapatan dan kesempatan kerja ) keseimbangan dalam lalu lintas pembayaran internasional. Dalam hubungan ini ditonjolkan peranan foreign trade multiplier (dampak multiplier yang berasal dari perdagangan internasional) dan berbagai kemungkinan penyimpangandari kestabilan/keseimbangan internasional. Disini kita melihat adanya integrasi mengenai segi ekulibrium internasional ke dalam kerangka umum teori ekonomi makro. Atas jasanya banyak negara yang lebih terdorong untuk lebih membuka pasarnya terhadap perekonomian internasional. Memperlihatkan bagaimana hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik ini saling memperkuat antara faktor pengganda (multiplier) dengan accelerator dapat dijelaskan secara sederhana. Permintaan efektif masyarakat dipengaruhi oleh autonomous investment (investasi yang besarnya ditentukan oleh perekonomian itu sendiri). Dampak investasi terhadap perekonomian menjadi berlipat ganda karena adanya multiplier, besarnya angka pengganda atau multiplier ini sangat ditentukan oleh kecenderungan mengonsumsi (propensity to consume) masyarakat. Makin besar kecenderungan mengkonsumsi, makin besar angka pengganda, makin besar pula dampak investasi terhadap perekonomian. Dampak investasi terhadap perek. menjadi jauh lebih besar karena adanya ak-selerator. Prinsip akselerator secara sederhana adalah perubahan dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam jumlah investasi. Perubahan dalam investasi menyebabkan bertambahnya pendapatan nasional melalui proses akselerasi, yang bersifat kumulatif. Interaksi antara multiplier & akselerator berdampak terhadap pendapatan nasional menjadi semakin berlipat ganda.
C. Tokoh-tokoh Post
Keynesian
1. Joan Violet Robinson
Robinson terlahir dengan nama Joan
Maurice di Surrey, inggris 1903. Pada Tahun 1930 Robinson menjadi
aktivis di Cambridge Circus sebuah kelompok kecil para ahli ekonomi yang
membantu Keynes.
Pada
awalnya Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah
pikirannya setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari ‘Cambridge School’ Robinson kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori
umum Keynes, dalam tulisan pertamanya pada tahun 1936 sampai tahun 1937 ia
menulis tentang keterlibatan-keterlibatan tenaga kerja yang mencoba menjelaskan
dinamika ketenagakerjaan ditengah-tengah depresi besar pada tahun tersebut.
Pokok-pokok Pikiran
(teori) Joan Robinson
a.
Teori Persaingan Tidak Sempurna
Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro
Sraffa dan Joan Robinson serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis
buku The law of Return Under Competitive
Condition,
sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic Competition
pada tahun 1933.
Asumsi-asumsi yang mendasari pasar persaingan tidak sempurna,
yaitu penetapan pajak secara sepihak, sumbangan
lainnya dari Robinson adalah mengenai eksploitasi tenaga kerja. Robinson
dipengaruhi oleh aliran sosial dan berpendapat setiap pekerja harus dibayar
sesuai dengan produktivitas marjinalnya.
Keseimbangan dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat
terjadi pada beberapa titik, yaitu pada saat ATC menurun,
minimum atau menarik. Namun, keadaan yang lazim terjadi adalah pada saat ATC
menurun dan hal ini disebabkan, antara lain oleh diferensiasi produk, under
capacity, iklan dan kelembagaan.
Dalam
menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan konsep
pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian perusahaan yang diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual
satu barang lagi. Bagi perusahaan kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu
merupakan harga yang sama, karena perusahaan dapat selalu menjual barangnya
lebih banyak tanpa harus mengobral atau menurunkan harga. Tapi perusahaan dalam
pasar persaingan sempurna akan mengalami kurva pendapatan marjinal yang
lerengnya menurun. Untuk dapat menjual lebih banyak, mereka harus mengobral
barang. Jika ini terjadi, beberapa konsumen akan membayar barang dibawah harga.
Perusahaan akan kehilangan pengembalian ini. Dengan mempertimbangkan baik itu
harga yang rendah dan penjualan yang tinggi, perusahaan mungkin akan memotong
harga untuk menjual lebih banyak namun tidak mendapat pengembalian (yaitu
pendapatan marjinal dari penjualan akan nol atau negatif). Sebaliknya
perusahaan akan mendapat pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan harga,dan
mengurangi produksi dan penujualan.
Dengan
menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa
persaingan tidak sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Karena persaingan tidak
sempurna dapat menjelaskan tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di
Inggris (sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat menjelaskannya) pada
tahun 1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.
Dalam
karyanya, Joan Robinson tidak menonjolkan permasalahan yang berkaitan dengan
diferensiasi produk. Gagasan Robinson dipaparkan dengan banyak menggunakan
teknik geometrik. Berdasarkan teknik tersebut ditarik berbagai kesimpulan mengenai
realitas dalam dunia ekonomi riil, diantaranya kesimpulan-kesimpulan sekitar
masalah ekonomi kesejahteraan (welfare economics). Dalam penelitiannya
Joan Robinson menyisipkan normatif dengan sadar atau tidak. Misalnya, dalam
pandangannya terhadap masalah monopsoni dipasar, hal itu juga disoroti dari
segi moral. Dalam hubungan ini, oleh Joan Robinson ditekankan tidak adanya
efisiensi dalam kondisi persaingan yang tidak sempurna. Lagi pula dalam keadaan
serupa itu terjadi pemerasan terhadap tenaga kerja. Sebab, akan timbul perbedaan
antara tingkat upah disatu pihak (yang secara riil diterima oleh tenaga kerja)
dan nilai produk marjinal dari tenaga kerja itu dipihak lain. Dalam pandangan
Joan Robinson, di kala ada monopoli di pasar barang ataupun monopsoni di pasar
tenaga kerja, maka hal itu satu sama lain akan membawa pemerasan (exploitation).
Dalam
pasar persaingan tidak sempurna juga Robinson memperkenalkan analisisnya
tentang diskriminasi harga. Para ahli ekonomi telah mengetahui bahwa
perusahaan monopoli besar menetapkan harga yang
berbeda untuk orang yang berbeda, tetapi Robinson orang pertama yang
menjelsakan prinsip cara kerja dan konsekuensinya. Robinson menunjukan bahwa
diskriminasi harga hanya ada dalam monopoli atau persaingan tidak sempurna.
Melalui diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan monopili dapat menaikan
pendapatan dan laba mereka.
Dalam
pemberlakuan diskriminasi harga, perusahaan-perusahaan perlu membagi pasar
untuk produknya menjadi dua bagian, yaitu konsumen yang ingin dan dapat
membayar dengan harga tinggi dan konsumen yang sensitif terhadap harga.
Kemudian perusahaan perlu mencari cara untuk menetapkan harga yang lebih tinggi
pada kelompok pertama. Salah satu cara adalah dengan menetapkan harga berbeda
waktu yang berbeda dalam satu hari. Karena itu, perusahaan telepon, misalnya,
akan memberikan harga yang lebih rendah pada malam hari dan akhir minggu.
Pelanggan bisnis, yang umunya tidak sensistif terhadap harga, akan membayar
pada harga yang tinggi dan individu akan membayar pada tingkat pengurangan biaya
pulsa telepon terendah. Kupon diskon juga membantu dalam pembagian pasar dan
memungkinkan adanya diskriminasi harga. Mereka yang peduli pada harga akan
mengambil kupon dan membeli barang dengan harga yang lebih rendah; jadi mereka
tidak akan membayar penuh. Demikian juga, praktik penetapan harga dengan
tawar-menawar seperti pada dealer mobil akan mengakibatkan diskriminasi harga.
Disini para penawar, karena tidak ingin membeli dengan harga tinggi, dapat
membeli mobil dengan harga yang lebih murah dari pada mereka yang tidak mau
menawar.
b.
Teori Produktivitas Distribusi Marjinal
Berawal
dari permasalahan terhadap analisis permintaan dan
penawaran, menurut Robinson, berhubungan dengan modal. Robinson memicu
perdebatan yang kemudian dikenal dengan nama “Kontroversi Cambridge” (Cambridge
Controversy), dengan krtikinya atas teori distribusi dari kaum marjinalis.
Menurut teori ini tingkat laba ditentukan oleh produktivitas marjinal dari
modal. Persoalan yang diangkat Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari
produk marjinalnya.
Pembentukan
kurva permintaan teori produktivitas Distribusi marjinal ini perlu
menghubungkan tingkat keuntungan dengan kuantitas modal.
Cara
tradisional dalam menghitung barang modal adalah menghitung nilainya, atau
kemungkinan kemampuan laba di masa depan. Cara ini dianggap paraktis atau bisa
menjelaskan persoalan, tetapi cara ini tiak memuaskan sebagai bagian dari teori
yang menjelaskan apa yang menetukan tingkat keuntungan. Seperti yang
ditunjukkan Robinson, jika teori ekonomi dianggap bisa menjelaskan tingkat
keuntungan, teori ini tidak berasumsi mengetahui kemampuan laba modal untuk
mengukur jumlah modal. Prosedur ini melingkar, karena itu teori distribusi
produktivitas marjinal harus diabaikan.
Kritik
Robinson atas teori ekonomi mikro juga mendukung pendekatan makro ekonomi dari
Keynes. Jika kita menolak produktivitas marjinal sebagai suatu teori
distribusi, maka penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja tidak
menentukan upah dan lapangan kerja. Kita tidak lagi punya alasan kuat untuk percaya
kalau pengangguran akan hilang dengan menunggu turunnya upah. Demikian juga,
jika gagasan keseimbangan tidak berguna bagi studi ekonomi riil maka tidak ada
alasan berasumsi bahwa pasar tenaga kerja akan jelas pada keseimbangan lapangan
kerja penuh.
c.
Teori Perdagangan Internasioal
Robinson
juga tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia
internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyatakan bahwa perubahan
nilai tukar atau aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang
terjadi. Negara dengan surplus perdagangan akan mendapatkan pemasukan uang atau
penguatan nilai mata uang. Hal ini akan membuat harga barang mereka menjadi
mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi ekspor. Negara yang defisit
akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka
akan lebih murah di negara lain dan banyak mengekspor barang; menurut teori
ekonomi standar, perubahan harga akan membawa perdagangan pada keseimbangan.
Berlawanan
dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu mekanisme
penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan
pendapatan ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami
defisit perdagangan gagal menjual barang yang cukup keseluruh dunia. Konsekuensinya produksi turun dan pengangguran meningkat. Akibatnya
penduduk Negara ini mengurangi pembelian barang dan jasa dari Negara lain
sehingga defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan. Tapi hal ini
berdampak pada Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang
yang mereka produksi. Surplus perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat
pengangguran mereka juga meningkat.
Robinson
selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional
dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah
sepanjang waktu. Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu
cara terbaik bagi Negara-negara untuk membagi tugas memproduksi barang yang
berbeda. Robinson melihat perdagangan luar negeri sebagai bagian strategi
pertumbuhan nasional.
Surplus
perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industri manufaktur,
maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat
keuntungan domestik yang akan memperbesar investasi dan perkembangan teknologi.
Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja domestik
dan memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat memicu
perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari
surplus perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.
2.
Hyman
Minsky
Teori
Minsky mengenai “financial instability” menjadi sangat bermakna penting.
Untuk menjelaskan teorinya, Minsky memiliki sebuah framework untuk
memahami financial bubble di mana ia membagi proses terjadinya bubble
menjadi 5 tahapan. Minsky berpendapat bahwa pada masa ekspansi ekonomi, ketika
perusahaan tidak mengalami kesulitan berarti untuk membayar utang-utangnya,
akan menjadi pemicu berbagai macam aksi spekulatif yang pada akhirnya membuat
utang kembali membengkak dan menimbulkan krisis keuangan. Intinya, Minsky
berpendapat bahwa masa-masa stabil akan memicu para investor untuk lebih berani
mengambil risiko yang lebih tinggi. Akibatnya, mereka akan cenderung mengambil
utang secara berlebihan dan membayar aset-aset investasi dengan harga yang
terlalu tinggi.
Minsky
mengemukakan teorinya tersebut pada tahun 1960-an di mana pada saat itu
hubungan antara pasar keuangan dengan ekonomi belum terlalu dipahami. Oleh
karenanya, teori Minsky ini bisa dibilang sangat radikal sehingga tidak
mendapatkan perhatian yang berarti dari publik. Pandangan Minsky bertolak
belakang dengan pandangan ekonomi umum bahwa
ekonomi kapitalis bersifat stabil dan cenderung menuju pertumbuhan yang stabil.
Teori Minsky menjadi sangat relevan ketika krisis perumahan tahun 2008 yang
dipicu oleh rendahnya suku bunga pinjaman sehingga melesatkan harga properti di
AS.
Tahapan Financial Bubble
Menurut Minsky,
secara umum bubble dapat dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu:
Tahap 1 – Displacement
Setiap
bubble memiliki pemicu, misalnya adalah penemuan teknologi baru ataupun
perubahan kebijakan ekonomi. Pemicu tersebut menyebabkan perubahan di salah
satu sektor ekonomi. Pada tahap ini, belum banyak orang yang menyadari
perubahan tersebut. Harga perlahan-lahan mulai naik.
Tahap 2 – Boom
Orang-orang
mulai menyadari perubahan yang terjadi. Semakin banyak orang yang
berpartisipasi sehingga harga naik semakin tinggi. Pada awalnya, kenaikan harga
mungkin masih cukup rasional karena didukung oleh kondisi fundamentalnya.
Fenomena yang terjadi mulai mendapatkan sorotan media. Orang-orang mulai takut
ketinggalan kereta sehingga jumlah partisipan semakin bertambah banyak. Suku
bunga semakin turun sehingga menjadi katalisator.
Tahap 3 – Eforia
Pada
fase ini, nilai aset sudah membubung terlalu tinggi. Cerita-cerita mengenai
orang yang kaya mendadak dari fenomena ini tersebar ke mana-mana. Teori “greater
fool” mulai menjadi kenyataan. Harga aset sudah terlalu tinggi dan tidak
mencerminkan kondisi fundamentalnya. Para partisipan hanya bisa mendapatkan keuntungan apabila ada pihak lain yang mau membeli di harga
yang lebih tinggi. Jika ada yang mulai meragukan justifikasi dari kenaikan
harga, akan muncul argumen “this time is different” untuk mengantisipasi
keraguan tersebut. Para analis mulai mencari metode evaluasi yang bisa
menjustifikasi harga yang terlalu tinggi.
Tahap 4 – Profit taking oleh insider
Ketika
harga sudah menjadi sangat tidak masuk akal, orang-orang yang sudah lama berkecimpung
di bisnis tersebut sejak lama dan masih berpikiran jernih mulai melihat adanya
alarm bahaya dan menarik investasinya. Jalannya proses bubble mulai
tersandung-sandung namun masih dianggap sebagai kerikil-kerikil kecil saja.
Pada titik ini, bubble sebenarnya sudah mulai pecah karena dengan tidak
ada dukungan dari para “old player”, maka bubble tidak akan bisa
berkembang menjadi lebih besar lagi.
Tahap 5 – Panic
Pada
tahapan ini, harga aset mulai terjun bebas dan menyapu bersih para partisipan
di dalamnya. Contoh ekstrim yang pernah terjadi adalah ketika “demam tulip” yang terlampau
irasional, diakhiri hanya dalam satu malam. Para partisipan mulai panik dan
bersedia menjual di harga berapapun. Harga ambrol dan kucuran kredit tiba-tiba
mampet. Selanjutnya yang ada tinggallah cerita pilu para investor.
D. Ulasan
Tentang Sistem Pemikiran Keynes Dan
Keterbatasannya
Keterbatasan dan kelemahan yang dimaksud
bukan terletak pada konsistensi logika dalam kerangka teorinya dan juga tidak
pada relevansinya bagi kebijaksanaan yang seyogianya
dilakukan berdasarkan hasil pemikirannya.
Sebenarnya kerangka analisis dalam sistem
Keynes sudah mencakup garis pendekatan untuk keadaan dimana kegiatan ekonomi meningkat
dengan kesempatan kerja secara penuh dan adanya inflator.
Kerangka landasan pemikiran Keynes dimaksud
untuk menyediakan dasar rasional bagi kebijaksanaan untuk menanggulangi
permasalahan depresi dan pengangguran maupun dikala kegiatan ekonomi
sedang berjalan pesat pada tingkat yang
tinggi dan ditandai oleh inflasi. Dengan kata lain sistem pemikiran Keynes
dianggapnya cukup memadai untuk digunakan sebagai dasar kebijaksanaan dalam
keadaan underemployment maupun
keadaan fullemployment.
Dalam kenyataannya, pemikiran Keynes beserta
golongan neo Keynes seakan-akan terlalu terpusat pada masalah-masalah jangka
pendek dan dalam assosiasi (kaitan pemikiran) perimbangan-perimbangan keadaan
depresi. Bagaimanapun, dalam perkembangan ekonomi sebagaimana berlangsung
ditahun 70-an, dalam suatu kerangka kebijaksanaan yang berpola kontra siklis
perihal pengolaan permintaan agregatif, seharusnya terhadap pengeluaran
pemerintah diadakan pembatasan dan pengurangan disertai oleh upaya peningkatan
penerimaan pemerintah (menaikan pajak) dll.
Jika langkah tindakan dianggap sudah cukup
memadai dalam dampaknya, maka untuk menjaga agar kegiatan ekonomi tidak menjadi
macet dan tetap berkembang dalam suasana stabil, kebijaksanaan fiscal yang
ketat dapat disertai oleh kebijkasanaan moneter yang agak longgar (melalui
tingkat bunga yang rendah dan/atau pasok jumlah uang yang ditambah). Akan
tetapi pengendalian kebijaksanaan bercampur itu, fiscal dan moneter sangat
tergantung dari tahap keadaan tertentu yang khas dihadapi.
Kekurangan yang melekat pada sistem
pemikiran Keynes terletak pada logical and desirable, but not feasible because
not acceptable (politically). Kebijaksanaan keuangan Negara yang berpola kontra
siklis dalam pengelolaan permintaan agregatif tidak bisa dijalankan pada tahap
waktu yang tepat. Sebabnya ialah karena adanya tantangan dan rintangan yang
bersifat institutional dan structural yang berkaitan dengan tata susunan
masyarakat sebagai keseluruhan. Serangkaian faktor itu yang bersangkut paut
dengan segi masyarakat politik nampaknya tidak diperhitungkan oleh golongan
Keynes dan neo Keynes perihal penerapan sistem pemikirannya dibidang
kebijaksanaan operasional.
E.
Teori Business Cycles
Dijaman klasik masalah gelombang perusahaan
telah dibicarakan oleh Ricardo, dan Stuart Mill, tetapi pembahasannya hanya
dilakukan secara selintas saja. Kita mengetahui bahwa seandainya permintaan dan
penawaran selalu seimbang, maka fluktuasi ekonomi tidak akan pernah terjadi.
Kalaupun terjadi pasti akan segera mereda. Dalam perekonomian yang seimbang
gerak naik turun pendapatan nasioanal tidak akan terjadi, dan dengan demikian
teori tentang fluktuasi ekonomi jelas tidak begitu diperlukan. Para pakar yang
agak anti pada dengan pandangan klasik seperti Sismondi, Karl Marx dan Veblen.
Kontribusi marx yang paling penting bagi pemahaman kita tentang siklus ekonomi
adalah pernyataannya tentang dua prinsip. Pertama, fluktuasi ekonomi melekat
dalam sistem kapitalis, sebab fluktuasi terjadi kerena kekuatan-kekuatan yang
terdapat dalam sistem ekonomi. Kedua, penyebab utama siklus ekonomi ditemukan
dalam keuatan-kekuatan yang menentukan pengeluaran investasi.
Teori fluktuasi ekonomi mendapatkan
perhatian yang lebih serius pada era sesudah Keynes. Para pakar ekonomi sesudah
Keynes membahas teori fluktuasi secara lebih
mendalam, dengan alasan mereka memerlukan teori-teori yang mampu
menjelaskan hal-hal apa yang dapat menyebabkan perkonomian menjauh dari posisi
keseimbangan, sehingga tidak stabil. Dengan menggunakan peralatan yang jauh
lebih canggih mereka kemudian mampu menjelaskan mengapa perekonomian bisa naik
turun, dan yang lebih penting lagi ialah: tindakan dan kebijaksanaan apa yang
dapat dilakukan untuk mencegah gerak perekonomian yang naik turun tersebut
menjadi stabil.
F.
TEORI PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN
Bagi Schumpeter, pelaku utama pertumbuhan
ekonomi adalah karena adanya entrepreneur. Entrepreneur bukan hanya seorang
pengusaha atau manajer, melainkan seseorang yg mau menerima resiko & mengintrodusiasi
produk-produk & tekhnologi baru dalam masyarakat. Menurut Schumpeter,
pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan masyarakat yg
menghargai & merangsang orang untuk menggali penemuan-penemuan baru.
Banyak pakar yang yakin bahwa Negara-negara
berkembang bisa maju dengan melalui beberapa tahapan pembangunan sesuai dengan
teori-teori perencanaan pembangunan. Teori pembangunan yang paling terkenal
dari WW Rostow(1916). Negara-negara berkembang yang ingin maju melalui
tahap-tahap pembangunan sbb :.
1. Tahap tradisional statis.
Tahap ini dicirikan oleh keadaan Iptek yangg
masih sangat rendah & belum begitu berpengaruh terhadap kehidupan.
Perekonomian pun masih didominasi sektor pertanian-pedesaan. Struktur
sosial-politik juga masih bersifat kaku.
2. Tahap Transisi (pra take-off).
Pada tahap ini Iptek mulai berkembang,
produktivitas semakin meningkat & industri semakin berkembang. Tenaga kerja
beralih dari sektor pertanian ke sektor industri, pertumbuhan tinggi, kaum
pedagang bermunculan, & struktur sosial-politik semakin membaik.
3. Tahap lepas landas.
Tahap ini dicirikan oleh keadaan suatu
hambatan-hambatan sosial politik yang umumnya dapat diatasi, tingkat kebudayaan
& Iptek semakin maju, investasi & pertumbuhan tetap tinggi, & mulai
terjadi ekspansi perdagangan ke luar negeri.
4. Tahap dewasa (maturing stage).
Dalam tahap ini masyarakat semakin dewasa,
dapat menggunakan Iptek sepenuhnya, terjadi perubahan komposisi angkatan kerja,
di mana jumlah tenaga kerja yang skilled lebih banyak dari yangg aunskilled,
serikat-serikat dagang & gerakan-gerakan buruh semakin maju & berperan,
pendapatan perkapita tinggi.
5. Tahap konsumsi massa (mass
consumption).
Tahap ini merupakan tahap terakhir.
Masyarakat hidup serba kecukupan, kehidupan dirasakan aman tentram, laju
pertumbuhan penduduk semakin rendah.
Ada lima hal yg perlu diperhatikan dari pemikiran-pemikiran
pasca-keynesian.
1. Mereka cenderung berpendapat
bahwa penyesuaian lebih banyak terjadi lewat penyesuaian kuantitas daripada
harga. Penyesuaian harga, kalau terjadi, sering dilihat sebagai disequilibrium.
2. Pendistribusian pendapatan
antara laba & upah memainkan peran penting dlm mempengaruhi keputusan investasi.
3. Mereka menganggap bahwa
ekspektasi, bersama-sama dgn laba, adalah penentu utama perencanaan investasi.
4. Mereka percaya unsur-unsur
kelembagaan kredit & keuangan berintegrasi mempengaruhi siklus ekonomi.
5. Fokus pembahasan teori-teori
pasca-keynesian adalah menjawab pertanyaan mengapa perekonomian tidak bekerja
dgn mulus seperti asumsi klasik.
Pemikiran-pemikiran
ekonomi pasca-keynesian lebih berupa kumpulan ide-ide, tetapi tidak diformulasikan
secara sistematis
Sumber:
Djojohadikusumo, Sumitro. 1991. Perkembangan Pemikiran Ekonomi.
Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
Sihono, Teguh. 2008. Diktat Untuk Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi. Yogyakarta
Pressman, Steven. 2002. Lima Puluh Pemikiran Ekonomi Dunia. Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada
http://finda-maniez.blogspot.com/2009/06/joan-violet-robinson.html
http://parahita.wordpress.com/2011/03/24/minsky-moment-ketika-irasionalitas-dapat-terprediksi/
http://www.igj.or.id
No comments:
Post a Comment