Friday, March 4, 2011

teori kuantitas tradisional

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teori kuantitas tradisional merupakan teori moneter yang mendasarkan pada terori klasik yang di kemukakan oleh beberapa tokoh ekonom seperti JB. Say, Marshall, Roberston dan Ricardo, yang kemudian berkembang menjadi terori modern yang diperkenalkan oleh Keynes.

Teori ini sebernarnya adalah teori mengenai permintaan dan sekaligus penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduannya. Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang dengan nilai uang. Hubungan antara kedua variabel tersebut dijabarkan lewat konsepsi mereka mengenai permintaan akan uang. Peredaran jumlah uang beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan nilai uang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori kuantitas tradisional?

2. Apa yang dimaksud dengan Teori Moneter Klasik?

3. Apa yang dimaksud dengan teori kuantitas tradisonal ?

4. Apa kelemahan teori kuantitas tradisional?

C. Tujuan Penulisan

  1. Untuk mengetahui teori moneter klasik
  2. Untuk mengetahui teori kuantitas tradisional
  3. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari terori kuantitas tradisional

BAB II

ISI

A. TEORI KUANTITAS TRADISIONAL

Teori kuantitas adalah teori moneter yang mendasarkan dirinya pada teori klasik. Oleh karena itu asumsi yang digunakan sesuai dengan asumsi yang terdapat dalam teori klasik. Pada dasarnya, teori kuantitas tradisional dapat dikelompokkan dalam tiga pendekatan atau versi, yang masing – masing memiliki tekanan yang berbeda beda. Ketiga pendekatan tersebut adalah :

1. Pendekatan transaksi – velositas

Pendekatan transaksi ini diperkenalkan oleh Irving Fisher melalui bukunya The Purchasing Power of Money (1911). Teori ini bermula dari suatu identitas yang lebih lanjut berkembang sebagai teori tentang peranan uang dalam perekonomian.

2. Pendekatan cash balance

Pendekatan cash balance dikembangkan oleh para ahli ekonomi Cambridge. Cara ini tidak menekankan pada hal hal yang mempengaruhi jumlah uang beredar melainkan lebih pada hal hal yang mempengaruhi jumlah uang yang perlu ada agar transaksi tertentu dapat berlangsung.

3. Pendekatan/versi pendapatan

Pendekatan atau versi pendapatan dalam teori kuantitas digunakan untuk mengatasi masalah-masalah atau kelemahan yang terdapat dalam dua pendekatan sebelumnya.

B. TEORI MONETER KLASIK

Teori moneter Klasik didasarkan pada JB. Say, Irving Fisher dan A. Marshall. J.B. Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya yang menyatakan bahwa penawaran akan selalu menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, bahwa suatu perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau yang disebut oleh Maltus underconsumtion. Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan sekarang.

Namun, potensi output yang dapat dihasilkan tergantung dari tingkat tehnologi dan banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat tehnologi dan makin tinggi jumlah dan kualitas tenaga kerja maka tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga semakin besar. Artinya, tingkat full employment output dapat menjadi lebih besar. Keadaan yang selalu pada tingkat full employment ini dapat dicapai melalui bekerjanya mekanisme pasar yang oleh Adam Smith disebut “invisible hand”.

Jika seseorang ingin bekerja tapi tidak memperoleh pekerjaan maka ia akan menurunkan tingkat upah yang diinginkan, begitu juga pengusaha ia akan menurunkan harga jika hasilnya produksinya tidak habis terjual. Upah dan harga yang bebas berubah menjamin adanya keseimbangan pasar tenaga dan pasar barang sebagai hasil antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire (bebas tanpa ada campur tangan).

Malthus menyanggah pendapat tersebut, menurutnya meskipun produksi barang dan jasa akan menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan nilai total barang dan jasa, namun pengeluaran untuk pembelian harus sama dengan nilai barang dan jasa tersebut. Penawaran akan menciptakan tenaga beli (pendapatan) namun belum tentu menciptakan pengeluaran dengan jumlah yang sama.

Menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat bukan berarti dana hilang dari peredaran, tapi dipinjam oleh pengusaha untuk membiayai investasinya. Kesamaan tabungan dan investasi yaitu pengeluran investasi adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat bunga akan berfluktuasi sehingga keinginan mengadakan investasi sama dengan keinginan menabung.

C. TEORI KLASIK TENTANG TINGKAT BUNGA

Menurut teori klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Begitu juga investasi, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi makin kecil. Tingkat bunga dalam keadaan seimbang akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan sebagai berikut :

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik i0, dimana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga diatas i0, maka jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Sebaliknya apabila tingkat bunga dibawah ini, para pengusaha akan bersaing untuk memperoleh dana yang relatif jumlahnya kecil. Persaingan ini akn mendorong tingkat bunga naik ke i0.

D. TEORI KUANTITAS UANG

Teori moneter banyak dihubungkan dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa faktor yang banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar (quantity of money atau supply of money). Menurut paham klasik, uang tidak memiliki pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional. Pendapatan nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja, jumlah yang dipakai serta tehnologi. Tanpa perubahan dari faktor-faktor produksi maka pendapatan tidak akan berubah. Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan sekaligus penawaran akan uang beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori tersebut adalah pada hubungan antara penawaran uang (jumlah uang yang bereda) dengan nilai uang(dengan tingkat harga). Hubungan antara kedua varianel tersebut dijabarkan lewat konsepsi (teori) mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang yang beredar berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan akan permintaan nilai uang.

Uang, pengaruhnya hanyalah terhadap harga harga barang. Bertambahnya uang beredar akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Inilah yang disebut dengan classical dichotomy, merupakan pemisahan sector moneter dengan sector riil.sektor moneter tidaka ada hubungannya dengan sector riil. Uang hanya merupakan suatu tudung saja dalam perekonomian

1) Teori Irving Fisher

Teori ini mendasar pada hokum Say bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan full employment. Secara sederhana Irving Fisher merumuskan teorinya dengan persamaan : MV = PT

Dimana :

M : jumlah uang

V : tingkat perputaran uang (velocity)

P : harga barang

T : volume barang yang menjadi obyek transaksi

Persamaan diatas merupakan identitas sebab selalu benar. Artinya jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harga (nilai harga tersebut) harus/selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya (total pengeluaran transaksi). Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) = nilai barang yang dibeli (PT).

Dalam rumus MV =PT yang dimaksud M adalah common money saja, yaitu jumlah uang logam ditambah dengan jumlah uang kertas negara ditambah dengan jumlah uang kertas bank jadi uang giral belum dimasukkan dalam M tersebut. sehingga jumlah uang yang beredar di masyarakat adalah common money ditambah demand deposit money dengan kata lain uang giral ditambah uang kartal. Jenis rumus diatas masih terlalu sempit karena belum diperhatikan uang giral dengan kecepatan berputarnya. Oleh karena itu fisher memperluas rumusnya menjadi MV + M 1V1 = PT. M1 dimaksudkan uang giral sedang V1 kecepatan berputarnya uang giral.

Sekarang akan dijelaskan mengenai pengaruh M,V dan T terhadap harga (juga terhadap nilai uang) apabila salah satu factor yang mempengaruhi nilai uang mengalami perubahan.

1. Jika M naik maka V dan T tetap, akibatnya P akan naik, sebaliknya M turun sedang V dan T tetap , akibatnya V akan turun. Dengan kata lain M naik V dan T tetap akan mengakibatkan nilai uang turun, sebaliknya jika M turun, V dan T tetap maka berakibat nilai uang naik.

2. Jika V naik sedang M dan T tetap akibatnya P akan naik sebaliknya jika V turun sedang M dan T tetap akibatnya T akan turun. Dengan kata lain jika V naik, M dan T tetap akan mengakbatkan nilai uang turun, sedang jika V turun , M dan T tetap akan berakibat nilai uang naik

3. Akan tetapi jika T naik sedang M dan V tetap akibatnya P turun sedang jika T turun , sedang M dan V tetap maka P akan naik dengan kata lain jika T naik sedang M dan V tetap berakibat nilai uang naik sebaliknya jika V turun sedang M dan T tetap akan berakibat nilai uang naik

Kritik terhadap teori kuantitas irving Fisher

Walaupun teori ini bayak digunakan orang sebagai alat untuk mempelajari ilmu ekonomi, namun kedapatan beberapa kritik terhadap teori tersebut. Dalam rumus Fisher MV=PT, ada dua hal yang tidak dimasukan kedalam perhatian. Kedua hal tersebut adalah pembayaran yang dilakukan karena pembelian barang dalam saat sebelumnya dan pembelian barang yang pembayarannya dilakukan diwaktu kemudian. hayalah jika kedua hal ini saling menetralisir maka rumus Fisher ini diakui kebenarannya. Jadi MV=PT, bilamana Ev-Ee=O, dimana Ev adalah pembayaran karena pembelian barang dalam saat-saatnya sebelumnya, dan Ee adalah pembelian barang yang pembayarannya dilakukan diwaktu kemudian. Dus tepat menurut pendapat ini kalau rumus Fisher diganti menjadi MV-EV+Ee=PT.

Selanjutnya dalam rumus fisher itu, tidak diperhatikan adanya pembayaran pembayaran yang hanya dalam bidang keuangan saja tanpa disertai pertukaran barang, misalnya perdagangan efek efek, pembayaran – pembayaran bunga, pajak dan premi pertanggungan. Jika jumlah pembayaran –pembayaran ini misalkan Ef, maka rumus yang tepat adalah MV = PT + Ef, sesungguhnya perbedaan rumus ini dengan rumus fisher terletak dalam perbedaan definisi V . V dalam rumus fisher = PT/M , sedangkan V dalam rumus MV = PT + Ef adalah ( PT + Ef)/M. V dalam MV = PT adalah kecepatan peredaran dari uang atau trade velocity of money, sednag V dalam MV = PT + Ef adalah kecepatan peredaran tramsaksi dari uang atau the transaction velocity of money.

Jika diperhatikan kedua kritik di atas Nampak bahwa pembayaran – pembayaran dalam kredit tidak diikut sertakan. Yang kedua mengkritik karena transaksi – transaksi yang hanya dalam bidang keuangan tidak turut di hitung. Selain itu ada pula yang beranggapan bahwa rumus fisher merupakan tautology artinya rumus fisher bukanlah merupakan persamaan melainkan identitas.

2) Teori Kuantitas dari Recardo

Recardo adalah orang yang mula-mula menemukan teori nilai uang dengan mengemukakan bahwa kuat dan lemahnya nilai uang sangat tergantung dari pada jumlah uang yang beredar. Jika jumlah uang berubah menjadi 2 kali lipat maka nilai uang akan menurun setengah kali dari semula, sebaliknya jika jumlah uang kurang hingga setengah, maka nilai uang akan menjadi dua kali lipat. Hal itu terjadi, karena bila jumlah uang naik menjadi 2 kali lipat maka akan berpengaruh terhadap harga yang naik menjadi dua kali lipat dan otomatis nilai akan menurun menjadi setengahnya.

Teori ini dituliskan dengan rumus sebgai berikut : M = kP atau P = 1/K . M

Dimana:

M = kuantity of money

P = general price level K = konstant/pembanding tetap

Perbandingan antara jumlah uang dengan nilai uang atau teori yang menyatakan bahwa nilai uang itu adalah sama dengan kebalikan jumlah uang. Oeh Ricardo disebut “ Teori Kuantitas “ atau “ Teori Jumlah “ .

Teori Ricardo dapat dinyatakan sebagau kenyataan bila memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Harga harga kan menunjukan perubahan perbandingan yang sama terhadap banyaknya junlah uang yang beredar dalam masyarakat.

2. Jumlah uang seluruhnya harus sebanding dengan pengeluaran masyarakat seluruhnya.

Dan dapat dijelaskan dengan gambar sebagai:

Teori Kuantitas Recardo

Jumlah uang beredar semula sebesar OM, dan tingkat harga setinggi OP1. Bila jumlah uang naik dua kali lipat (OM2) maka harga naik pula dua kali (OP2) dan nilai uang turun setengahnya.

3) Teori Kuantitas dari D.H. Roberston

Teori kuantitas dari Irving Fisher diformulasikan kembali oleh D.H. Robertson menjadi M = kPT. Sebenarnya kedua teori ini sama, perbedaanya terletak pada pendekatannya. Irving Fisher meninjau melaui transaction velocity (kecepatan rata-rata transaksi uang). D.H. Robetson mendekati melaui cash balance (lama rata-rata uang menganggur). Oleh karena teori kuantitas dari Robetson ini disebut cash balance equaition., Faktor V dalam transaction velocity approach oleh Robertson diganti dengan k dalam cash balance approach. k yang menunjukkan berapa lama rata-rata tiap rupiah mengaggur dalam cash adalah merupakan kebalikan dari V yang menunjukkan berapa kali tiap-tiap rupiah berpindah tangan.

Jadi k = 1/V, dan kalau pada rumus,

M = kPT, kita ganti k menjadi 1/V. maka diperoleh rumus;

M = TP/V atau

MV = PT.

4) Teori Kuantitas dari Marshall

Apakah teori-teori kuantitas di muka lebih menitikberatkan perhatian pada hubungan antara jumlah uang dengan harga, maka Mrshall memperhatikan hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional dengan rumus:

M= kY Dimana: M = Quanity of money Y = pendapatan dalam bentuk uang K = bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan dan ingin dikuasai dalam bentuk uang

Karena pendapatan uang itu berasal dari jumlah produksi dikalikan dengan harga (PO) maka rumus Fisher dapat dituliskan sebagai : MV = PO = Y

Teori Marshall merupakan awal dari teori permintaan akan uang. Teori ini masih sangat sederhana, terkandung didalamnya beberapa kelemahan, kemudian kelemahan- kelemahan ini disempurnakan oleh teori berikutnya. Kelemahan pertama adalah bahwa dalam kenyataannya adalah V tidak tetap, baik di negara maju maupun di negara berkembang. V cenderung tidak konstan. Kelemahan kedua adalah teori klasik mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap perimtaan uang. Teori kuantitas uang menganggap bahwa permintaan akan uang kas tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga (sebab motif utama untuk memegang uang adalah untuk transaksi, yang besarnya tergantung dari pendapatan.

Perbedaan utama antara rumus Marshal dengan rumus Fisher adalah bahwa Y lebih besar daripada PT atau dengan kata lain O itu lebih beasar atau tidak sama dengan T. rumus Fisher menitik beratkan pada hubungan antara perubahan jumlah uang dengan perubahan harga sedangkan rumus Marshal menitik beratkan hubungan antara perubahan M dengan perubahan pendapatan. Rumus Marsahal inilah yang lebih mendekati kenyataan daripada rumus Fisher.

Menurut teori kuantitas uang perubahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan perubahan harga secara proporsional artinya, kalau nilai uang naik dua kali, maka harga akan naik dua kali juga. Pandangan demikian didasarkan pada anggapan sebagai berikut:

a) Dalam persamaan MV= PT, T dianggap tetap karena selalu berada dalam keadaan full employment.

b) Velocity juga dianggap tetap, yaitu hanya akan berubah jika terjadi perubahan dalam kebiasaan masyarakat dalam melakukan pembayaran. Penggunaan alat-alat pembayaran baru akan mempengaruhi banyaknya transaksi yang dilakukan. Kebiasaan pembayaran dengan kredit juga akan mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi sehingga velicitynya akan naik. Biasanya perubahan dalam kebiasaan pembayaran berjalan lambat, sehingga velocity dapat pula dianggap tidak berubah.

E. Kelemahan-kelamahan dari Teori Kuantitas ini adalah :

a. Dalam kenyataannya, perubahan jumlah uang yang beredar, tidak selalu langsung berakibat pada perubahan penggunaan uang tersebut

b. Teori ini telah mengabaikan pengaruh tingkat bunga terhadap perubahanpermintaan uang. Teori ini mengangap bahwa permintaan leih disebabkan karenapendapatan, karena motivasinya adalah untuk transaksi, jadi tidak ada hubungannyadengan tngkat bunga.

c. Dalam masyarakat modern, velocity uang tidaklah stabil, karena ada banyak alternatif yang bisa masyarakat pilih dari kelebihan uang yang dia miliki. Alternatif-alternatif tersebut daintaranya adalah :

· Untuk menambah kas

· Untuk menambah tabungannya

· Untuk menambah pembelian barang dan jasa

· Untuk menambah pembelian surat-surat berharga

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam Teori Kuantitas, :

1. Tambahan Jumlah Uang yang Beredar akan dibelanjakan seluruhnya tanpa terpikir untuk ditabung sebagian

2. Velocity dan Jumlah komoditi dianggap tetap dan perubahannya hanya dipengaruhioleh faktor di luar moneter

3. Jumlah Uang yang Beredar tidak akan mempengaruhi sektor riil, sektor ini hanya dipengaruhui oleh teknologi dan sumber daya Manusia

4. Tingkat harga akan selalu berubah secara proporsional mengikuti perubahan Jumlah Uang yang beredar.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimbangan jangka panjang yang selalu disertai keadaan full employment artinya tingkat output nasional tidak dapat berkembang mengikuti pertumbuhan peningkatan kecuali bila terjadi penambahan kapasitas atau sumber daya yang ada. Jadi, bila jumlah uang beredar meningkat pengeluaran masyarakat juga meningkat, diikuti meningkatnya permintaan barang dan jasa. Akibatnya tingkat harga naik karena permintaan yang meningkat tersebut tidak dapat dipenuhi oleh jumlah barang dan jasa yang tersedia.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : http://www.scribd.com/doc/12991523/Tugas-Ekonomi-Moneter, Diakses pd tgl 25 feb 2011 pkl 8:49

Nopirin. 1986. Ekonomi Moneter 1. Yogyakarta:BPFE.

Boediono. 1985. Ekonomi Moneter Edisi 3. Yogyakarta:BPFE.

Manulang. 1980. Ekonomi Moneter. Jakarta:Galia Indonesia.

Mulyani, Sri. 1988. Ekonomi Moneter. Jakart: Fakultas Ekonomi UI.

No comments:

Post a Comment

Top Post

PROPOSAL USAHA

A.     PROPOSAL USAHA Proposal usaha merupakan media untuk menjelaskan profil usaha yang akan dikembangkan oleh seorang wirausaha. Propos...

Sering Dicari