Saturday, June 20, 2020

PAULO FREIRE

Paulo Freire merupakan tokoh pendidikan dan teoritikus pendidikan yang berpengaruh di dunia, lahir pada tanggal 19 september 1921 di Recife, sebuah  kota pelabuhan di   timur laut Brazil. Ayahnya bernama Joquim Temistockles Freire, yakni seorang polisi militer tidak  terlalu  taat  pada  agama,  sehingga  jarang  sekali pergi ke gereja. Sedangkan ibunya Edeltrus Neves Freire, beragama Katolik. Ibunya ini berasal dari Pernambuco.

Keluarga Freire Berasal dari kelas menengah, tetapi sejak kecil dia hidup  dalam  situasi  miskin,  karena  keluarganya  tertimpa  kemunduran finansial  yang  diakibatkan  oleh  krisis  ekonomi  yang  melanda  Amerika Serikat sekitar tahun 1929 dan juga menular ke Brazil.

Pada tahun 1959, ia meraih gelar doktor dalam bidang sejarah dan filsafat  pendidikan. inilah  saat di mana ia pertama  kali  mengemukakan pemikirannya tentang filsafat pendidikan melalui desertasinya di Universitas Recife, dan kemudian melalui karya-karyanya sebagai guru besar sejarah dan filsafat pendidikan di Universitas Recife, juga dalam berbagai percobaannya dalam pengajaran kau buta huruf di kota yang sama.

Corak Pemikiran Paulo Freire

Pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat desa yang miskin dan tidak “berpendidikan”. Masyarakat  feodal (hirarkis)  adalah  struktur masyarakat yang umum berpengaruh di Amerika Latin pada saat itu. Terjadi perbedaan yang mencolok antara masyarakat feodal strata “atas” dengan masyarakat  strata “bawah”.  Golongan  atas  menjadi  penindas  masyarakat bawah dengan melalui kekuasaan politik dan akumulasi kekayaan, karena itu menyebabkan golongan masyarakat bawah menjadi semakin miskin yang sekaligus semakin menguatkan ketergantungan kaum tertindas kepada para penindas itu.

Kehidupan masyarakat yang sangat kontras pada waktu itu melahirkan suatu kebudayaan  yang disebut  Freire dengan  kebudayaan  “bisu”.  Kaum tertindas  dalam  kebudayaan  bisu  hanya  menerima  begitu  saja  segala perlakuan dari kaum penindas. Bahkan ada ketakutan pada kaum tertindas akan adanya kesadaran tentang ketertindasan mereka. Diam atau bisu dalam konteks yang dimaksud Freire bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil, akan tetapi mereka tidak memiliki kesadaran bahwa mereka bisu dan dibisukan.  Dalam  konteks  yang  demikian  itulah  Freire  bergumul.  Ia terpanggil untuk membebaskan masyarakatnya yang tertindas dan yang telah “dibisukan”. Pada  akhirnya Paulo Freire berpendapat bahwa  Pendidikan dengan  gaya  bank”  yang  diterapkan pada  waktu  itu  sebagai  salah  satu sumber yang mengokohkan penindasan dan kebisuan tersebut. Karena itulah, ia menawarkan pendidikan  “hadap-masalah” sebagai jalan membangkitkan kesadaran masyarakat bisu.

Selain  itu,  pemikiran  Freire  tidak  terlepas  dari  kecenderungannya yang radikal, revolusioner, dan dialogis. Cara pandang Freire yang seperti ini merupakan cara dalam melibatkan diri sebagai subyek yang kritis terhadap pendidikan yang dinilai sebagai produk intelektual yang “bisu” akan gejala sosial yang terjadi dengan penuh penindasan di Amerika Latin saat itu. Hal ini dapat ditelusuri dari  perkataan Freire sebagai berikut: “Orang  radikal  yang  merasa  terpanggil  bagi  usaha  pembebasan manusia,  tidak  akan  menjadi  tawanan  dari  sebuah lingkaran kepastian”  di  mana  ia  juga  memenjarakan  realitas.  Sebaliknya, semakin radikal seseorang semakin jauh ia masuk ke dalam realitas, karena   dapat   mengetahuinya   dengan   lebih   baik. Ia dapat mengubahnya dengan lebih baik, ia tidak takut untuk berhadapan dengan apapun untuk mendengarkan dan menyaksikan dunia yang terkuak. Ia tidak gentar untuk bertemu muka dengan rakyat serta berdialog  dengan  mereka.  Ia  tidak  menganggap  dirinya  sebagai pemilik sejarah atau manusia, atau pembebasan kaum tertindas, tapi ia mengabdikan  dirinya  di  dalam  sejarah  untuk  berjuang  di  pihak mereka”.  Radikalisme Freire tersebut dilandasi oleh tatanan pikiran Freire yang terfokus pada upaya menumbuhkan kesadaran manusia akan relitas yang mengungkungnya. Daya tarik dan kekuatan Freire adalah kejujurannya dalam mengungkapkan,  menyatakan,  tentang  kondisi  kemanusiaan  yang  telah sedemikian rapuh, di mana kita sendiri justru sering bersikap tidak manusiawi dalam  menghadapinya.  Freire  tampil  dengan  suara  lantang  menyatakan sikapnya terhadap kenyataan sosial yang carut-marut.

 Sumber:

http://digilib.uin-suka.ac.id


No comments:

Post a Comment

Top Post

PROPOSAL USAHA

A.     PROPOSAL USAHA Proposal usaha merupakan media untuk menjelaskan profil usaha yang akan dikembangkan oleh seorang wirausaha. Propos...

Sering Dicari