Perindustrian adalah
sesuatu yang penting dalam perekonomian negara saat ini. Bagaimana pun
perindustrian memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi.
Industri dapat meningkatkan GDP negara dan pendapatan perkapita. Manfaat lain
yang diperoleh dari sektor industri adalah penyerapan lapangan pekerjaan yang
berimbas terhadap penambahan upah perorangan. Selain itu jumlah pengangguran
juga dapat ditekan. Oleh karena itu maka kelangsungan dan keberlanjutan usaha
industri harus dijaga.
Untuk menjaga
kelangsungan sektor usaha industri salah satunya adalah dengan mempertimbangkan
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan dan menganalisis pasar untuk
menaksir keuntungan yang akan diperoleh. Semakin besar keuntungan yang
diperoleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan dapat
bertahan dalam dunia perindustrian dan bersaing di dunia perdagangan.
A. Sumber-Sumber Penghematan Dan
Pemborosan Dalam Proses Produksi
1. Sumber-sumber
penghematan dalam produksi dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
-
Spesialisasi
Adam Smith dalam
buku Wealth of Nations tahun 1776
mengemukakan spesialisasi merupakan penghematan yang utama dalam proses
produksi. spesialisasi dalam produksi semakin banyak dan berkembang karena
perluasan/ peningkatan kekuatan kerja. Spesialisasi ini dilakukan oleh
orang-orang yang ahli di dibidangnya sehingga tugas-tugas yang dilakukan
dijalankan secara cepat dan tepat. Tujuannya untuk menghindari pemborosan yang
berlebihan dan menghindari pergeseran tugas oleh para pekerjanya.
Mesin-mesin yang
digunakan untuk produksi lebih kompleks, mahal dan lebih tahan lama dengan
proses produksi jangka panjang dan biaya tetap mesin untuk setiap unit output
menjadi rendah. Ekonomisasi jangka panjang merupakan proses produksi efisien
untuk memperluas pabrik. Hal tersebuh dapat terjadi tergantung pada tingkat
keusangan produk dan baiya mesin, biaya investasi output dan fator-faktor lain.
-
Manajeman
Manajemen
merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dalam perusahaan dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi dalam perusahaan lainnya agar mencapai tujuan organisasi perusahaan sesuai yang
telah ditetapkan. Efisiensi managemen yang baik harus memperkuat kemampuan
dengan sistem informasi dan teknologi yang modern seperti komputer dan telepon
2. Sumber-sumber
pemborosan dalam produksi:
Sumber-sumber economies of scale (penghematan biaya
produksi rata-rata) dapat menyebabkan diseconomies
of scale (pemborosan). Akibat dari spesialisasi yang berlebihan menyebabkan
timbulnya alinasi (pemindahan hak orang lain), kecerobohan kerja, kemauan/
gairah kerja turun serta dapat mengurangi efisiensi dan kualitas kerja para
karyawan.
Manajemen penyebab
terjadinya diseconomies dan dikaitkan
dengan pengaruh faktor-faktor tetap yang menyebabkan biaya rata-rata meningkat
seiring berkembangnya pabrik. Pabrik yang baik itu hanya dijalankan oleh
seorang manajer yang mampu menangkap dan memecahkan masalah-masalah dengan
tepat. Penyebab lain terjadinya diseconomies
adalah birokrasi. Birokrasi dapat menambah biaya staf, kantor-kantor, penulisan
memo, mengurangi kualitas pengambilan keputusan, cenderung membuat biaya
rata-rata meningkat dan lain-lain. Hal ini terjadi karena informasi yang
mengarah keatas dapat mengalami distorsi dengan tidak adanya pelimpahan tugas
yang sempurna. Sehingga perintah dapat saja disampaikan ke bawah cenderung
berjalan lambat dan tidak efektif.
B. Konsep-konsep lain yang berkaitan
dengan biaya
Konsep-konsep lain yang berkaitan
dengan biaya adalah sebagai berikut:
1. Biaya
eksternal (biaya transportasi)
Biaya transportasi
sangat penting di samping biaya produksi. jika pemasaran barang-barang mencakup
daerah yang sempit, maka biaya transportasi tidak menjadi masalah. Namun bila
jangkauan pemasaran sangat luas, maka biaya transportasi dapat mempengaruhi
biaya total perusahaan. Barang-barang yang transportasinya tinggi (baik input
maupun output), biaya eksternal akan membesar pada:
a. Output
: biaya transpor per unit yang tinggi intensitas pasar yang rendah.
b. Input
: Biaya transport per unit yang tinggi dan penyebaran barang-barang input yang
luas.
2. Perkembangan
proses produksi
Suatu produk atau
proses baru dimulai, maka saat itu pula proses balajar berjalan. Artinya, pada
waktu unit pertama dihasilkan, proses produksi masih dalam bentuk coba-coba dan
cara-cara yang lebih efisien masih tinggi. Dengan berjalannya proses produksi
terjadi, para pekerja yang semakin terampil dan cekatan serta dirombaknya
mesin-mesin sesuai kebutuhan.
C. Penghematan Dan Pemborosan Biaya Pada
Multiplant
Suatu perusahaan
dapat mengembangkan pabriknya jika pabrik yang lama sudah berkembang pesat dan
ada upaya untuk mempertahankan dan menaikan pangsa pasar untuk mendapatkan
keuntungan tambahan. Penambahan pabrik sangat memperhatikan ekonomis seperti :
1.
Harga upah tenaga kerja yang lebih rendah
2.
Kedekatan dengan sumber bahan baku
3.
Mendekati pasar dan konsumen
4.
Sarana dan prasarana yang memadai
(transportasi, listrik)
5.
Tanah yang digunakan untuk membangun pabrik
yang baru
6.
Birokrasi yang lancar
Tecnical Economies
Keseimbangan kurva
biaya multiplant terjadi dalam setiap kegiatan perusahaan. Kegiatan tersebut
dapat dibagi menjadi beberapa macam. Pada umumnya, manajemen membutuhkan laporan
kegiatan dengan perbaikan secara teknis seperti sistem informasi (laporan)
dengan komputer, pusat perhitungan rugi laba, dan yang lainnya.
Keuntungan-keuntungan secara finansial
Dalam pembelian
input, perusahaan mempunyai bergaining power yang kuat untuk memperoleh barang
dengan harga rendah. Sehingga ada perkiraan adanya penmghematan biaya
pembayaran produksi. ini mempertinggi kecenderungan perusahaan untuk menguasai
pasar.
D. Sumber-Sumber
Pemghematan dan
Keuntungan Industri
1. Proteksi
dan pola indutrialisasi di Indonesia
Kebijaksanaan proteksionisme di Indonesia terutama
mangandalkan diri pada tarif bea masuk yang tinggi dan pembatasan kuantitatif
berupa larangan total atas impor barang-barang tertentu, seperti
kendaraan-kendaraan bermotor dan barang-barang elektronika. Dalam hal-hal
dimana kapasitas domestik
suatu industri dianggap sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
pemerintah Indonesia juga berkecenderungan untuk mengeluarkan larangan total
atas impor. Sejak neraca pembayaran Indonesia mengalami deficit yang besar
dalam transaksi berjalannya. ada tahun 1982-1983 , maka hambatan-hambatan atas
impor barang-barang jadi telah bertambah lagi.
Apa dampaknya dari kebijaksanaan proteksionistis atas
perkembangan sektor
industri di
Indonesia? Di satu pihak adanya hambatan impor atas berbagai barang impor telah
mendorong banyak investasi, di cabang- cabang industry yang menikmati proteksi tersebut. Malahan
banyak investor asing pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an justru
tertarik untuk menanamkan modal mereka di Indonesia untuk menghindarkan diri
dari hambatan-hambatan impor yang dikenakan terhadap barang-barang mereka yang
sebelumnya diekspor ke Indonesia. Di berbagai cabang industry yang menikmati
proteksi rupanya telah terjadi “kelebihan investasi” (over- investment),
sehingga cabang-cabang industri ini kemudian manghadapi masalah kelebihan
kapasitas yang cukup gawat, yang tidak memungkinkan industry-industri ini untuk
menarik manfaat dari skala ekonomi (economic of scale) (penurunan dalam biaya
rata-rata jangka panjang jika tingkat produksi ditingkatkan). Disamping ini
proteksi yang diberikan kepada berbagai cabang industri tidak memberikan dorongan kepada para
industriawan untuk mencapai tingkat efisiensi operasional yang tinggi. Artinya,
menekan biaya rata-rata sampai tingkat yang serendah mungkin.
Dampak lain dari kebijaksanaan proteksinistis atas
perkembangan sektor industri Indonesia adalah terjadinya alokasi sumber-sumber
daya produktif yang kurang efisien. Dengan ini diartikan bahwa sumber daya
produktif justru mengalir ke
bidang-bidang di mana Indonesia justru tidak atau belum mempunyai kenunggulan
komparatif, yaitu industri-industri yang menghasilkan barang-barang yang padat
modal. Di lain pihak produksi-produksi barang-barang di Indonesia justru
mempunyai keunggulan komparatif yang
lebih besar, yaitu barang-barang padat karya tetapi kurang mandapat rangsangan
yang memadai. Dengan kata lain, kebijaksanaan protrksionistis di Indonesia
telah banyak mendorong produksi barang-barang yang dapat menggantikan
barang-barang impor, sedangkan barang-barang jadi yang dapat diekspor kurang
atau tidak mendapat rangsangan sama sekali.
Dengan tingkat proteksi efektif yang akan mencapai
beberapa ratus persen bagi berbagai barang konsumsi bertahan lama, seperti
kendaraan bermotor, maka tidak mengherankan bahwa cabang-cabang industry yang
menghasilkan jenis-jenis barang jadi ini sebenarnya menghasilkan nilai tambah
yang negative jika di ukur dengan harga internasional. Hel ini berarti bahwa
pembuatan barang-barang tersebut akan memerlukan banyak devisa daripada jika
barang-barang
tersebut diimpor dalam bentuk utuh. Dengan demikian maka timbul suatu struktur
industry yang kurang efisien dan yang menghasilkan barang-barang jadi dengan
biaya-biaya yang tinggi dengan mutu yang kurang memadai. Dengan pasaran dalam
negeri yang dilindungi ketat terhadap saingan impor menjadikan para
industriawan tidak termotivasi untuk meningkatkan produktivitas dan memperbaiki
mutu barang-barang mereka.
2. Promosi Ekspor
Melonjaknya harga
minyak pada tahun 1970-an memungkinkan pemerintah menerapkan tingkat bunga di
bawah tingkat keseimbangan pasar dan menyalurkan kredit dengan suku bunga
rendah pada sector prioritas. Di topang oleh bantuan luar negeri dan
melonjaknya penerimaan negara dari minyak dan gas, Indonesia mengalami
pertumbuhan ekonomi yang cepat dan neraca pembayaran yang relative sehat sejak
tahun 1973. Pengeluaran pemerintah yang dibiayai pendapatan migas menjadi mesin
utama pertumbuhan untuk keseluruhan perekonomian. Ekspor miugas pun menyumbang
sebagian besar devisa. Pendapatan adri migas memungkinkan Indonesia untuk
membangun dasar industri, baik industri hulu maupun industri strategis. Banyak
di antaranya merupakan bada usaha milik negara sperti baja, semen, dan pupuk.
Inisiatif pemerintah untuk membangun industri berat dicerminkan oleh kenaikan
tajam dalam pangsa barabg-barabg logam dan produksi pengolahan industri berat
antara tahun 1975-1980.
3. Teknologi
Indonesia sebagai
negara yang berkembang harus mengejar ketertinggalan teknologi lewat industri
berteknologi tinggi yang terpilih. Namun, tidak salah pula jika kita memerlukan
adanya visi efisiensi dalam proses transformasi teknologi. Teknoekonomi
merupakan merupakan suatu kemampuan memanfaatkan teknologi secara efisien dan
efektif. Kemampuannya mencakup kemampuan memilih teknologi, mengoperasikan
proses, menghasilkan barang dan jasa, serta mengelola perubahan.
Perubahan pada
paradigma teknoekonomi memunculkan system teknologi yang baru dan menimbulkan pengaruh
yang menyeluruh pada semua sisi perekonomian. Perubahan pada paradigma
teknoekonomi akan menimbulkan produk baru dan proses teknologi baru pada sebuah
bentuk industri baru. Perubahan demikian menyebabkan perubahan pada struktur
biaya input, produksi, serta distribusi pada perekonomian secara keseluruhan.
Sehingga dengan adanya teknologi akan menghemat biaya-biaya proses produksi
dalam industri.
Keuntungan-keuntungan industri :
1. Merubah
keaadaan yang serba bergantung pada luar negeri, untuk menjadikan ekonominya
lebih self sufficient. Sebab umumnya negara-negara tersebut masih memiliki
struktur ekonomi yang berat sebelah, yaitu merupakan negara agraris, yang
sekaligus merupakan ekonomi ekspor. Kekayaan-kekayaan alam yang mereka miliki
dengan berbagai hasil tambangnya, kesuburan tanah yang menghasilkan berbagai
hasil pertanian, sebagian besar belum mampu mengolah sendiri sehingga harus
dijual ke luar negeri. Begitu pula segala kebutuhan barang-barang sampai beras
yang merupakan hasil pertanian juga masih harus diimpor. Lebih-lebih
peralatan-peralatan modal untuk memajukan industrinya, alat-alat transport dan
sebagainya, yang belum mampu dibuat sendiri jelas harus diimpor. Dengan keadaan
yang demikian negara tersebut dalam keadaan yang sangat lemah, dilihat dari
segi ekspor maupun impor.
2. Dengan
industrialisasi diharapkan dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja,
dengan mempergunakan teknologi yang lebih modern.
3. Menambah
lapangan-lapangan kerja baru untuk memperkecil jumlah pengangguran.
4. Dari
segi neraca pembayaran, dimaksudkan agar secepatnya dapat memperbaiki neraca
pembayaran yang selalu defisit. Maksudnya sekalipun dalam jangka pendek adanya
industrialisasi terpaksa banyak mengimpor mesin-mesin, alat-alat transport,
sehingga memerlukan devisa yang sangat besar, tetapi lama-kelamaan diharapkan
adanya industry-industri substitusi impor akan mengurangi devisa yang kita
butuhkan sebaliknya kita mampu memperbesar ekspor kita.
Sumber:
Kirana, Wihana. 2008. Ekonomi Industri Edisi 2. Yogyakarta :
BPFE
Thee, Kian Wie. 1988.Industrialisasi Indonesia Analisis dan
Catatan Kritis. Jakarta:Pustaka
Latief, Dochak. 1972. Arah Industrialisasi Di Indonesia dan
Masalah Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Ikip Yogyakarta
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri Baru 2030. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
No comments:
Post a Comment