Thursday, June 18, 2020

SUMBER PENGHEMATAN DAN PEMBOROSAN DALAM PROSES PRODUKSI

Perindustrian adalah sesuatu yang penting dalam perekonomian negara saat ini. Bagaimana pun perindustrian memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Industri dapat meningkatkan GDP negara dan pendapatan perkapita. Manfaat lain yang diperoleh dari sektor industri adalah penyerapan lapangan pekerjaan yang berimbas terhadap penambahan upah perorangan. Selain itu jumlah pengangguran juga dapat ditekan. Oleh karena itu maka kelangsungan dan keberlanjutan usaha industri harus dijaga.

Untuk menjaga kelangsungan sektor usaha industri salah satunya adalah dengan mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan dan menganalisis pasar untuk menaksir keuntungan yang akan diperoleh. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka akan semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan dapat bertahan dalam dunia perindustrian dan bersaing di dunia perdagangan.

A. Sumber-Sumber Penghematan Dan Pemborosan Dalam Proses Produksi

1.    Sumber-sumber penghematan dalam produksi dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

-          Spesialisasi

Adam Smith dalam buku Wealth of Nations tahun 1776 mengemukakan spesialisasi merupakan penghematan yang utama dalam proses produksi. spesialisasi dalam produksi semakin banyak dan berkembang karena perluasan/ peningkatan kekuatan kerja. Spesialisasi ini dilakukan oleh orang-orang yang ahli di dibidangnya sehingga tugas-tugas yang dilakukan dijalankan secara cepat dan tepat. Tujuannya untuk menghindari pemborosan yang berlebihan dan menghindari pergeseran tugas oleh para pekerjanya.

Mesin-mesin yang digunakan untuk produksi lebih kompleks, mahal dan lebih tahan lama dengan proses produksi jangka panjang dan biaya tetap mesin untuk setiap unit output menjadi rendah. Ekonomisasi jangka panjang merupakan proses produksi efisien untuk memperluas pabrik. Hal tersebuh dapat terjadi tergantung pada tingkat keusangan produk dan baiya mesin, biaya investasi output dan fator-faktor lain.

-          Manajeman

Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dalam perusahaan dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi dalam perusahaan lainnya agar mencapai  tujuan organisasi perusahaan sesuai yang telah ditetapkan. Efisiensi managemen yang baik harus memperkuat kemampuan dengan sistem informasi dan teknologi yang modern seperti komputer dan telepon

2.    Sumber-sumber pemborosan dalam produksi:

Sumber-sumber economies of scale (penghematan biaya produksi rata-rata) dapat menyebabkan diseconomies of scale (pemborosan). Akibat dari spesialisasi yang berlebihan menyebabkan timbulnya alinasi (pemindahan hak orang lain), kecerobohan kerja, kemauan/ gairah kerja turun serta dapat mengurangi efisiensi dan kualitas kerja para karyawan.

Manajemen penyebab terjadinya diseconomies dan dikaitkan dengan pengaruh faktor-faktor tetap yang menyebabkan biaya rata-rata meningkat seiring berkembangnya pabrik. Pabrik yang baik itu hanya dijalankan oleh seorang manajer yang mampu menangkap dan memecahkan masalah-masalah dengan tepat. Penyebab lain terjadinya diseconomies adalah birokrasi. Birokrasi dapat menambah biaya staf, kantor-kantor, penulisan memo, mengurangi kualitas pengambilan keputusan, cenderung membuat biaya rata-rata meningkat dan lain-lain. Hal ini terjadi karena informasi yang mengarah keatas dapat mengalami distorsi dengan tidak adanya pelimpahan tugas yang sempurna. Sehingga perintah dapat saja disampaikan ke bawah cenderung berjalan lambat dan tidak efektif.

B. Konsep-konsep lain yang berkaitan dengan biaya

Konsep-konsep lain yang berkaitan dengan biaya adalah sebagai berikut:

1.    Biaya eksternal (biaya transportasi)

Biaya transportasi sangat penting di samping biaya produksi. jika pemasaran barang-barang mencakup daerah yang sempit, maka biaya transportasi tidak menjadi masalah. Namun bila jangkauan pemasaran sangat luas, maka biaya transportasi dapat mempengaruhi biaya total perusahaan. Barang-barang yang transportasinya tinggi (baik input maupun output), biaya eksternal akan membesar pada:

a.  Output : biaya transpor per unit yang tinggi intensitas pasar yang rendah.

b.  Input : Biaya transport per unit yang tinggi dan penyebaran barang-barang input yang luas.

2.    Perkembangan proses produksi

Suatu produk atau proses baru dimulai, maka saat itu pula proses balajar berjalan. Artinya, pada waktu unit pertama dihasilkan, proses produksi masih dalam bentuk coba-coba dan cara-cara yang lebih efisien masih tinggi. Dengan berjalannya proses produksi terjadi, para pekerja yang semakin terampil dan cekatan serta dirombaknya mesin-mesin sesuai kebutuhan.

C. Penghematan Dan Pemborosan Biaya Pada Multiplant

Suatu perusahaan dapat mengembangkan pabriknya jika pabrik yang lama sudah berkembang pesat dan ada upaya untuk mempertahankan dan menaikan pangsa pasar untuk mendapatkan keuntungan tambahan. Penambahan pabrik sangat memperhatikan ekonomis seperti :

1.        Harga upah tenaga kerja yang lebih rendah

2.        Kedekatan dengan sumber bahan baku

3.        Mendekati pasar dan konsumen

4.        Sarana dan prasarana yang memadai (transportasi, listrik)

5.        Tanah yang digunakan untuk membangun pabrik yang baru

6.        Birokrasi yang lancar

Tecnical Economies

Keseimbangan kurva biaya multiplant terjadi dalam setiap kegiatan perusahaan. Kegiatan tersebut dapat dibagi menjadi beberapa macam. Pada umumnya, manajemen membutuhkan laporan kegiatan dengan perbaikan secara teknis seperti sistem informasi (laporan) dengan komputer, pusat perhitungan rugi laba, dan yang lainnya.

Keuntungan-keuntungan secara finansial

Dalam pembelian input, perusahaan mempunyai bergaining power yang kuat untuk memperoleh barang dengan harga rendah. Sehingga ada perkiraan adanya penmghematan biaya pembayaran produksi. ini mempertinggi kecenderungan perusahaan untuk menguasai pasar.

D. Sumber-Sumber Pemghematan dan Keuntungan Industri

1.    Proteksi dan pola indutrialisasi di Indonesia

Kebijaksanaan proteksionisme di Indonesia terutama mangandalkan diri pada tarif bea masuk yang tinggi dan pembatasan kuantitatif berupa larangan total atas impor barang-barang tertentu, seperti kendaraan-kendaraan bermotor dan barang-barang elektronika. Dalam hal-hal dimana kapasitas domestik suatu industri dianggap sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerintah Indonesia juga berkecenderungan untuk mengeluarkan larangan total atas impor. Sejak neraca pembayaran Indonesia mengalami deficit yang besar dalam transaksi berjalannya. ada tahun 1982-1983 , maka hambatan-hambatan atas impor barang-barang jadi telah bertambah lagi.

Apa dampaknya dari kebijaksanaan proteksionistis atas perkembangan sektor industri di Indonesia? Di satu pihak adanya hambatan impor atas berbagai barang impor telah mendorong banyak investasi, di cabang- cabang industry  yang menikmati proteksi tersebut. Malahan banyak investor asing pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an justru tertarik untuk menanamkan modal mereka di Indonesia untuk menghindarkan diri dari hambatan-hambatan impor yang dikenakan terhadap barang-barang mereka yang sebelumnya diekspor ke Indonesia. Di berbagai cabang industry yang menikmati proteksi rupanya telah terjadi “kelebihan investasi” (over- investment), sehingga cabang-cabang industri ini kemudian manghadapi masalah kelebihan kapasitas yang cukup gawat, yang tidak memungkinkan industry-industri ini untuk menarik manfaat dari skala ekonomi (economic of scale) (penurunan dalam biaya rata-rata jangka panjang jika tingkat produksi ditingkatkan). Disamping ini proteksi yang diberikan kepada berbagai cabang industri tidak memberikan dorongan kepada para industriawan untuk mencapai tingkat efisiensi operasional yang tinggi. Artinya, menekan biaya rata-rata sampai tingkat yang serendah mungkin.

Dampak lain dari kebijaksanaan proteksinistis atas perkembangan sektor industri Indonesia adalah terjadinya alokasi sumber-sumber daya produktif yang kurang efisien. Dengan ini diartikan bahwa sumber daya produktif  justru mengalir ke bidang-bidang di mana Indonesia justru tidak atau belum mempunyai kenunggulan komparatif, yaitu industri-industri yang menghasilkan barang-barang yang padat modal. Di lain pihak produksi-produksi barang-barang di Indonesia justru mempunyai  keunggulan komparatif yang lebih besar, yaitu barang-barang padat karya tetapi kurang mandapat rangsangan yang memadai. Dengan kata lain, kebijaksanaan protrksionistis di Indonesia telah banyak mendorong produksi barang-barang yang dapat menggantikan barang-barang impor, sedangkan barang-barang jadi yang dapat diekspor kurang atau tidak mendapat rangsangan sama sekali.

Dengan tingkat proteksi efektif yang akan mencapai beberapa ratus persen bagi berbagai barang konsumsi bertahan lama, seperti kendaraan bermotor, maka tidak mengherankan bahwa cabang-cabang industry yang menghasilkan jenis-jenis  barang  jadi ini sebenarnya menghasilkan nilai tambah yang negative jika di ukur dengan harga internasional. Hel ini berarti bahwa pembuatan barang-barang tersebut akan memerlukan banyak devisa daripada jika barang-barang tersebut diimpor dalam bentuk utuh. Dengan demikian maka timbul suatu struktur industry yang kurang efisien dan yang menghasilkan barang-barang jadi dengan biaya-biaya yang tinggi dengan mutu yang kurang memadai. Dengan pasaran dalam negeri yang dilindungi ketat terhadap saingan impor menjadikan para industriawan tidak termotivasi untuk meningkatkan produktivitas dan memperbaiki mutu barang-barang mereka.

2.    Promosi Ekspor

Melonjaknya harga minyak pada tahun 1970-an memungkinkan pemerintah menerapkan tingkat bunga di bawah tingkat keseimbangan pasar dan menyalurkan kredit dengan suku bunga rendah pada sector prioritas. Di topang oleh bantuan luar negeri dan melonjaknya penerimaan negara dari minyak dan gas, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan neraca pembayaran yang relative sehat sejak tahun 1973. Pengeluaran pemerintah yang dibiayai pendapatan migas menjadi mesin utama pertumbuhan untuk keseluruhan perekonomian. Ekspor miugas pun menyumbang sebagian besar devisa. Pendapatan adri migas memungkinkan Indonesia untuk membangun dasar industri, baik industri hulu maupun industri strategis. Banyak di antaranya merupakan bada usaha milik negara sperti baja, semen, dan pupuk. Inisiatif pemerintah untuk membangun industri berat dicerminkan oleh kenaikan tajam dalam pangsa barabg-barabg logam dan produksi pengolahan industri berat antara tahun 1975-1980.

3.    Teknologi

Indonesia sebagai negara yang berkembang harus mengejar ketertinggalan teknologi lewat industri berteknologi tinggi yang terpilih. Namun, tidak salah pula jika kita memerlukan adanya visi efisiensi dalam proses transformasi teknologi. Teknoekonomi merupakan merupakan suatu kemampuan memanfaatkan teknologi secara efisien dan efektif. Kemampuannya mencakup kemampuan memilih teknologi, mengoperasikan proses, menghasilkan barang dan jasa, serta mengelola perubahan.

Perubahan pada paradigma teknoekonomi memunculkan system teknologi yang baru dan menimbulkan pengaruh yang menyeluruh pada semua sisi perekonomian. Perubahan pada paradigma teknoekonomi akan menimbulkan produk baru dan proses teknologi baru pada sebuah bentuk industri baru. Perubahan demikian menyebabkan perubahan pada struktur biaya input, produksi, serta distribusi pada perekonomian secara keseluruhan. Sehingga dengan adanya teknologi akan menghemat biaya-biaya proses produksi dalam industri.

Keuntungan-keuntungan industri :

1. Merubah keaadaan yang serba bergantung pada luar negeri, untuk menjadikan ekonominya lebih self sufficient. Sebab umumnya negara-negara tersebut masih memiliki struktur ekonomi yang berat sebelah, yaitu merupakan negara agraris, yang sekaligus merupakan ekonomi ekspor. Kekayaan-kekayaan alam yang mereka miliki dengan berbagai hasil tambangnya, kesuburan tanah yang menghasilkan berbagai hasil pertanian, sebagian besar belum mampu mengolah sendiri sehingga harus dijual ke luar negeri. Begitu pula segala kebutuhan barang-barang sampai beras yang merupakan hasil pertanian juga masih harus diimpor. Lebih-lebih peralatan-peralatan modal untuk memajukan industrinya, alat-alat transport dan sebagainya, yang belum mampu dibuat sendiri jelas harus diimpor. Dengan keadaan yang demikian negara tersebut dalam keadaan yang sangat lemah, dilihat dari segi ekspor maupun impor.

2. Dengan industrialisasi diharapkan dapat meningkatkan produktifitas tenaga kerja, dengan mempergunakan teknologi yang lebih modern.

3.    Menambah lapangan-lapangan kerja baru untuk memperkecil jumlah pengangguran.

4. Dari segi neraca pembayaran, dimaksudkan agar secepatnya dapat memperbaiki neraca pembayaran yang selalu defisit. Maksudnya sekalipun dalam jangka pendek adanya industrialisasi terpaksa banyak mengimpor mesin-mesin, alat-alat transport, sehingga memerlukan devisa yang sangat besar, tetapi lama-kelamaan diharapkan adanya industry-industri substitusi impor akan mengurangi devisa yang kita butuhkan sebaliknya kita mampu memperbesar ekspor kita.

Sumber:

Kirana, Wihana. 2008. Ekonomi Industri Edisi 2. Yogyakarta : BPFE

Thee, Kian Wie. 1988.Industrialisasi Indonesia Analisis dan Catatan Kritis. Jakarta:Pustaka

Latief, Dochak. 1972. Arah Industrialisasi Di Indonesia dan Masalah Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Ikip Yogyakarta

Kuncoro, Mudrajad. 2007. Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri Baru 2030. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

No comments:

Post a Comment

Top Post

PROPOSAL USAHA

A.     PROPOSAL USAHA Proposal usaha merupakan media untuk menjelaskan profil usaha yang akan dikembangkan oleh seorang wirausaha. Propos...

Sering Dicari